Wahai kaum perempuan,
Jagalah diri kalian dari kemewahan hidup,
Karena kemewahan adalah musuh berbisa Jihad
Kemewahan akan memalingkan
dan membelokkan jiwa kemanusiaan
Hati-hatilah terhadap kenikmatan hidup
Cukuplah dengan makan yang perlu-perlu saja
Didiklah anak-anak kalian
dengan kehidupan yang berat dan keras,
dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan
serta berkemauan untuk Jihad
Jadikanlah rumah kalian sebagai kandang singa,
bukannya kandang ayam,
yang setelah gemuk dijadikan sembelihan
oleh penguasa durhaka.
Tanamkanlah dalam jiwa putra-putra kalian
hobby dan kecintaan berjihad
Mencintai pacuan kuda
dan bertamasya ke medan pertempuran.
Hiduplah dengan selalu menghayati kesulitan kaum muslimin.
Usahakan minimal sekali dalam satu pekan
Untuk hidup seperti hidupnya kaum Muhajirin dan Mujahidin
Hanya dengan sepotong roti kering dan tidak lebih
Beberapa teguk air teh sebagai pembasah tenggorokan.
[Syaikh Dr. Abdullah Azzam]
uhibbukum fillah....
- bahasa arab (1)
- Bahasa Arab (3)
- goresan penaku (2)
- kisah-kisah (11)
- Muslimah (7)
- PUISI (4)
Minggu, 17 Juli 2011
semangat menuntut ilmu
Sesungguhnya, dalam menjalani berbagai perannya, peran wanita dapat dipetakan menjadi tiga peran penting yaitu sebagai sebagai pribadi muslimah, sebagai istri, dan sebagai ibu. Pada masing-masing peran, dibutuhkan ilmu yang dapat menjaganya dari berbagai bentuk penyimpangan. Berikut penjelasan ketiga hal tersebut:
1. Sebagai pribadi muslimah
Seorang muslimah akan selalu terikat dengan berbagai aturan agama yang menyangkut dirinya sebagai seorang yang beragama Islam seperti kewajiban untuk merealisasikan rukun iman dan rukun Islam serta aturan lain yang merupakan konsekuensi dari kedua hal tersebut ataupun kewajiban yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang wanita seperti larangan dan kewajiban pada masa haid, kewajiban menutup aurot, dan sebagainya. Seluruh hal tersebut memerlukan ilmu sehingga kewajiban menuntut ilmu juga dibebankan kepda kaum wanita sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu )
Al Hafizh Al Sahawi rahimahullah berkata, “Sebagian penulis menambahkan kata-kata muslimatin pada akhir hadits. Kata-kata ini tidak pernah disebutkan satu kali pun dalam berbagai sanad hadits tersebut, sekalipun secara makna memang benar.”
Bertolak dari hal ini Ibnu Hazm rahimahullah berkomentar, “Menjadi kewajiban bagi wanita untuk pergi dalam rangka mendalami ilmu agama sebagaimana hal ini menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki. Setiap wanita diwajibkan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan agama berkenaan dengan permasalahan bersuci, shalat, puasa dan makanan, minuman, serta pakaian yang dihalalkan dan yang diharamkan sebagaimana kaum laki-laki, tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara keduanya. Mereka juga harus mempelajari berbagai tutur kata dan sikap yang benar baik dengan belajar sendiri maupun dengan diperkenankan untuk bertemu seseorang yang dapat mengajarinya. Menjadi kewajiban para penguasa untuk mengharuskan rakyatnya agar menjalankan kewajiban ini”. (Al Ihkam fii Ushulil Ahkam 1/413 dalam Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 7).
Al Hafizh Ibnul Jauzi rahimahullah juga berkata, “Sering aku menganjurkan kepada manusia agar mereka menuntut ilmu syar’i karena ilmu laksana cahaya yang menyinari. Menurutku kaum wanita lebih dianjurkan dibanding kaum laki-laki karena jauhnya mereka dari ilmu agama dan hawa nafsu begitu mengakar dalam diri mereka. Kita lihat seorang putri yang tumbuh besar tidak mengerti cara bersuci dari haid, tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan tidak mengerti rukun-rukun Islam atau kewajiban istri terhadap suami. Akhirnya mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, menipu suami dengan anggapan boleh demi keharmonisan rumah tangga serta musibah-musibah lainnya.” (Ahkamun Nisa’ hlm. 6 dalam Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII).
2. Sebagai istri
Seorang istri memiliki kewajiban untuk menaati suaminya dalam hal-hal yang bukan merupakan kemaksiatan terhadap Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى المَََْعْرُوْفِ
“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tidaklah seorang istri dapat mengetahui apakah suatu urusan merupakan kemaksiatan atau bukan kecuali dengan ilmu syar’i.
Selain itu, di akhir zaman ini, ketika keburukan banyak bertebaran di muka bumi yang membuat banyak orang hanyut dalam lumpur dosa, maka seorang istri yang sholihah harus membekali dengan ilmu syar’i agar dapat menjaga keistiqomahan dirinya dan suaminya serta keluarganya. Dengan nasihat yang baik dan kelemahlembutan yang dimiliki seorang wanita, seorang suami akan mampu menemukan ketenangan dan kekuatan yang akan menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan dosa misalnya berbuat syirik dan bid’ah, berzina, mencari nafkah yang haram, mengambil riba, dan perkara-perkara maksiat lainnya. Karena agama adalah nasihat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الـدِيْـنُ النَصِيْحَةُ
“Agama adalah nasiha.t” (HR. Muslim)
Nasihat akan lebih dapat diterima oleh hati manusia jika diiringi dengan sikap lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya (Harun) ketika berdakwah kepada Fir’aun,
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٭ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى٭
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs. Thaahaa : 43-44)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
يَا عَائِشَة إِنَّ الرِّفْقَ مَا كَانَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَنُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Wahai ‘Aisyah, tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memburukkannya.”
3. Sebagai ibu
Sebuah syair Arab mengungkapkan hal berikut,
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
“Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.”
Beban perbaikan dan pembentukan masyarakat yang Islami juga menjadi tanggung jawab wanita. Hal ini dikarenakan jumlah wanita yang lebih banyak dari laki-laki dan seorang anak tumbuh dari bimbingan seorang wanita. Maka, tidak bisa tidak seorang wanita harus membekali dirinya dengan ilmu syar’i khususnya mengenai pendidikan anak karena pendidikan anak menjadi tugas utama yang dibebankan kepada kaum wanita.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaknya seorang wanita membaguskan pendidikan anak-anaknya karena anak-anaknya adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Dan yang mereka contoh pertama kali adalah para ibu. Jika seorang ibu mempunyai akhlak, ibadah, dan pergaulan yang bagus, mereka akan tumbuh terdidik di tangan seorang ibu yang bagus. Anak-anaknya ini akan mempunyai pengaruh positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajib bagi para wanita yang mempunyai anak untuk memperhatikan anak-anaknya, bersungguh-sungguh dalam mendidik mereka, memohon pertolongan jika suatu saat tidak mampu memperbaiki anaknya baik lewat bantuan bapak atau jika tidak ada bapaknya lewat bantuan saudara-saudaranya atau pamannya dan sebagainya”. (Daurul Mar’ah fi Ishlah Al Mujtama’ hlm. 25-26 dalam Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII)
Seorang ibu yang cerdas dan shalihah tentu saja akan melahirkan keturunan yang cerdas dan sholih pula, bi idzinillah. Lihatlah hal itu dalam diri seorang shahabiyah yang mulia, Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. (Ibunda Para Ulama, hlm.25)
Dengan kecerdasannya, ia ‘hanya’ meminta sebuah mahar yang ringan diucapkan namun terasa berat konsekuensinya, yaitu keislaman Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu yang meminangnya saat itu. Dengan kesabarannya pula, ia mampu menyimpan rapat-rapat kesedihannya karena kematian putranya demi menenangkan suaminya.
Potret Semangat Para Salafush Shalih dalam Menuntut Ilmu
Demikian pentingnya peran para wanita. Dalam setiap lini kehidupannya, pasti membutuhkan ilmu syar’i. Hal ini pula yang dimengerti betul oleh para shahabiyah pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka meminta waktu khusus pada beliau untuk mengkaji masalah-masalah agama.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memborong waktumu. Oleh karenanya peruntukkanlah untuk kami sebuah waktu khusus yang engkau tetapkan sendiri. Pada waktu itu kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini di tempat ini.” Kaum wanita pun berkumpul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendatangi mereka dan mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semangat kaum wanita muslimah dalam mencari ilmu telah mencapai puncaknya hingga mereka menuntut adanya majelis ilmu yang khusus diperuntukkan untuk mengajari mereka. Padahal sebenarnya mereka telah mendengarkan kajian Rasulullah di masjid serta nasihat-nasihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga keadaan para wanita Anshar pada masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi diri mereka untuk mendalami ilmu agama.” (HR. Muslim)
Kita jumpai pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan kaum wanita untuk menghadiri berbagai majelis ilmu guna menambah bekal keilmuan mereka.
Dari Ummu ‘Athiyah al Anshariyyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kami untuk menghadiri sholat hari raya ‘Idul Fithri dan hari raya ‘Idul Adha, baik awatiq (gadis yang sudah baligh atau hampir baligh), maupun wanita-wanita yang sedang haid dan juga gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, mereka hendaknya tidak berada di tempat shalat. Saat itu mereka menyaksikan kebaikan dan doa yang dipanjatkan oleh kaum muslimin. Ummu Athiyah berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya muslimah yang lain meminjami jilbab untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 8-10)
Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah pula yang merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma’ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 20)
Begitu juga dengan masa setelah para shahabat (yaitu masa tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seterusnya). Setiap zaman selalu menorehkan tinta emas nama-nama para ulama wanita hingga masa sekarang ini. Di antara mereka, adalah putri-putri ulama besar di jamannya. Sebut saja putri Sa’id bin Musayyib (tabi’in), putri Imam Malik, Ummu ‘Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi, dan lainnya.
Apakah ilmu yang mereka dapatkan itu merupakan ilmu warisan dari ayah-ayah mereka yang seorang ulama? Jawabannya, tentu tidak. Ilmu bukanlah harta benda yang dapat diwariskan begitu saja.
Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Al Farwi, “Kami pernah duduk di majelis Imam Malik. Pada saat itu putra beliau keluar masuk majelis dan tidak mau duduk untuk belajar. Maka Imam Malik menghadap kami seraya berkata, “Masih ada yang meringankan bebanku yaitu bahwa masalah ilmu ini tidak bisa diwariskan.” (Majalah al Furqon edisi 12 tahun VI)
Tentu saja ilmu yang mereka dapatkan tidak datang begitu saja. Ada usaha dan pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Mari kita simak kegigihan para salaf dahulu dalam menuntut ilmu.
Hasan Al Bashri berkata, “Apabila engkau mendapati seseorang yang mengalahkanmu dalam urusan dunia, maka kalahkanlah dia dalam urusan akhirat.”
Imam Ahmad berwasiat kepada putranya, “Aku telah menginfakkan diriku untuk perjuangan”. Ketika Imam Ahmad ditanya kapan seseorang dapat beristirahat? Maka beliau menjawab, “Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di surga.”
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Dahulu generasi salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun menjadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datanglah suatu kaum yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali kepada jalan yang lurus dan mengintrospeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan. Sebagaimana dinyatakan oleh Mujahid dan lainnya, “Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun, kemudian Allah menganugerahi niat tersebut sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah. Namun ternyata ia hanya bisa dilakukan karena Allah”. (Panduan Akhlak Salaf , hlm. 7)
Para salaf yang lain juga benar-benar bersemangat memperhatikan permasalahan niat ini. Sufyan Ats Tsauri berkata, “Saya tidak pernah mengobati sesuatu melebihi terapiku terhadap niat.”
Tidak hanya hati saja yang mereka jaga kesungguhan dan ketulusannya ketika menuntut ilmu, tubuh mereka pun ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi raga yang kuat menghadapi rintangan dalam perjalanan menuntut ilmunya. Perhatikanlah kisah Hajjaj bin Sya’ir ini, “Ibuku pernah menyiapkan untukku seratus roti kering dan aku menaruhnya di dalam tas. Beliau mengutusku ke Syubbanih (salah seorang ahli hadits) di Madain. Aku tinggal di sana selama seratus hari. Setiap hari aku membawa seratus roti dan mencelupkannya ke sungai Dajlah kemudian aku memakannya. Setelah roti habis aku kembali ke ibuku.” (102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, hlm. 274).
Penutup
Mungkin saja kita tidak bisa setara dengan para salafush sholih dalam semangat mereka menuntut ilmu. Akan tetapi, segala upaya harus kita kerahkan agar semangat menuntut ilmu itu selalu terhujam kuat di dalam hati kita.
Allah berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (Qs. At Taghaabun : 16)
Maka tidak ada lagi alasan “Saya cuma ibu rumah tangga” atau “Saya sudah jadi seorang istri” atau “Saya tinggal di tempat yang jauh dari majelis ilmu” untuk menghindari kewajiban menuntut ilmu. Dengan berkembangnya teknologi di masa sekarang ini –misalnya internet, radio, rekaman kajian (kaset, CD, VCD, DVD), buku-buku Islam, dan majalah Islami- cukup memudahkan kita para wanita untuk tetap dapat menuntut ilmu tanpa harus datang dan duduk langsung dalam sebuah majelis ilmu jika keadaan memang tidak memungkinkan.
Semoga dengan sedikit pemaparan di atas, semangat para wanita untuk menuntut ilmu dapat tumbuh subur, sehingga dengan ijin Allah Ta’ala kita dapat songsong kembali kejayaan umat Islam di atas manhaj salafush sholih.
Wallahu Ta’ala A’lam.
1. Sebagai pribadi muslimah
Seorang muslimah akan selalu terikat dengan berbagai aturan agama yang menyangkut dirinya sebagai seorang yang beragama Islam seperti kewajiban untuk merealisasikan rukun iman dan rukun Islam serta aturan lain yang merupakan konsekuensi dari kedua hal tersebut ataupun kewajiban yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang wanita seperti larangan dan kewajiban pada masa haid, kewajiban menutup aurot, dan sebagainya. Seluruh hal tersebut memerlukan ilmu sehingga kewajiban menuntut ilmu juga dibebankan kepda kaum wanita sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu )
Al Hafizh Al Sahawi rahimahullah berkata, “Sebagian penulis menambahkan kata-kata muslimatin pada akhir hadits. Kata-kata ini tidak pernah disebutkan satu kali pun dalam berbagai sanad hadits tersebut, sekalipun secara makna memang benar.”
Bertolak dari hal ini Ibnu Hazm rahimahullah berkomentar, “Menjadi kewajiban bagi wanita untuk pergi dalam rangka mendalami ilmu agama sebagaimana hal ini menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki. Setiap wanita diwajibkan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan agama berkenaan dengan permasalahan bersuci, shalat, puasa dan makanan, minuman, serta pakaian yang dihalalkan dan yang diharamkan sebagaimana kaum laki-laki, tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara keduanya. Mereka juga harus mempelajari berbagai tutur kata dan sikap yang benar baik dengan belajar sendiri maupun dengan diperkenankan untuk bertemu seseorang yang dapat mengajarinya. Menjadi kewajiban para penguasa untuk mengharuskan rakyatnya agar menjalankan kewajiban ini”. (Al Ihkam fii Ushulil Ahkam 1/413 dalam Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 7).
Al Hafizh Ibnul Jauzi rahimahullah juga berkata, “Sering aku menganjurkan kepada manusia agar mereka menuntut ilmu syar’i karena ilmu laksana cahaya yang menyinari. Menurutku kaum wanita lebih dianjurkan dibanding kaum laki-laki karena jauhnya mereka dari ilmu agama dan hawa nafsu begitu mengakar dalam diri mereka. Kita lihat seorang putri yang tumbuh besar tidak mengerti cara bersuci dari haid, tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan tidak mengerti rukun-rukun Islam atau kewajiban istri terhadap suami. Akhirnya mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, menipu suami dengan anggapan boleh demi keharmonisan rumah tangga serta musibah-musibah lainnya.” (Ahkamun Nisa’ hlm. 6 dalam Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII).
2. Sebagai istri
Seorang istri memiliki kewajiban untuk menaati suaminya dalam hal-hal yang bukan merupakan kemaksiatan terhadap Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى المَََْعْرُوْفِ
“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tidaklah seorang istri dapat mengetahui apakah suatu urusan merupakan kemaksiatan atau bukan kecuali dengan ilmu syar’i.
Selain itu, di akhir zaman ini, ketika keburukan banyak bertebaran di muka bumi yang membuat banyak orang hanyut dalam lumpur dosa, maka seorang istri yang sholihah harus membekali dengan ilmu syar’i agar dapat menjaga keistiqomahan dirinya dan suaminya serta keluarganya. Dengan nasihat yang baik dan kelemahlembutan yang dimiliki seorang wanita, seorang suami akan mampu menemukan ketenangan dan kekuatan yang akan menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan dosa misalnya berbuat syirik dan bid’ah, berzina, mencari nafkah yang haram, mengambil riba, dan perkara-perkara maksiat lainnya. Karena agama adalah nasihat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الـدِيْـنُ النَصِيْحَةُ
“Agama adalah nasiha.t” (HR. Muslim)
Nasihat akan lebih dapat diterima oleh hati manusia jika diiringi dengan sikap lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya (Harun) ketika berdakwah kepada Fir’aun,
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٭ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى٭
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs. Thaahaa : 43-44)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
يَا عَائِشَة إِنَّ الرِّفْقَ مَا كَانَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَنُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Wahai ‘Aisyah, tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memburukkannya.”
3. Sebagai ibu
Sebuah syair Arab mengungkapkan hal berikut,
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
“Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.”
Beban perbaikan dan pembentukan masyarakat yang Islami juga menjadi tanggung jawab wanita. Hal ini dikarenakan jumlah wanita yang lebih banyak dari laki-laki dan seorang anak tumbuh dari bimbingan seorang wanita. Maka, tidak bisa tidak seorang wanita harus membekali dirinya dengan ilmu syar’i khususnya mengenai pendidikan anak karena pendidikan anak menjadi tugas utama yang dibebankan kepada kaum wanita.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaknya seorang wanita membaguskan pendidikan anak-anaknya karena anak-anaknya adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Dan yang mereka contoh pertama kali adalah para ibu. Jika seorang ibu mempunyai akhlak, ibadah, dan pergaulan yang bagus, mereka akan tumbuh terdidik di tangan seorang ibu yang bagus. Anak-anaknya ini akan mempunyai pengaruh positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajib bagi para wanita yang mempunyai anak untuk memperhatikan anak-anaknya, bersungguh-sungguh dalam mendidik mereka, memohon pertolongan jika suatu saat tidak mampu memperbaiki anaknya baik lewat bantuan bapak atau jika tidak ada bapaknya lewat bantuan saudara-saudaranya atau pamannya dan sebagainya”. (Daurul Mar’ah fi Ishlah Al Mujtama’ hlm. 25-26 dalam Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII)
Seorang ibu yang cerdas dan shalihah tentu saja akan melahirkan keturunan yang cerdas dan sholih pula, bi idzinillah. Lihatlah hal itu dalam diri seorang shahabiyah yang mulia, Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. (Ibunda Para Ulama, hlm.25)
Dengan kecerdasannya, ia ‘hanya’ meminta sebuah mahar yang ringan diucapkan namun terasa berat konsekuensinya, yaitu keislaman Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu yang meminangnya saat itu. Dengan kesabarannya pula, ia mampu menyimpan rapat-rapat kesedihannya karena kematian putranya demi menenangkan suaminya.
Potret Semangat Para Salafush Shalih dalam Menuntut Ilmu
Demikian pentingnya peran para wanita. Dalam setiap lini kehidupannya, pasti membutuhkan ilmu syar’i. Hal ini pula yang dimengerti betul oleh para shahabiyah pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka meminta waktu khusus pada beliau untuk mengkaji masalah-masalah agama.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memborong waktumu. Oleh karenanya peruntukkanlah untuk kami sebuah waktu khusus yang engkau tetapkan sendiri. Pada waktu itu kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini di tempat ini.” Kaum wanita pun berkumpul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendatangi mereka dan mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semangat kaum wanita muslimah dalam mencari ilmu telah mencapai puncaknya hingga mereka menuntut adanya majelis ilmu yang khusus diperuntukkan untuk mengajari mereka. Padahal sebenarnya mereka telah mendengarkan kajian Rasulullah di masjid serta nasihat-nasihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga keadaan para wanita Anshar pada masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi diri mereka untuk mendalami ilmu agama.” (HR. Muslim)
Kita jumpai pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan kaum wanita untuk menghadiri berbagai majelis ilmu guna menambah bekal keilmuan mereka.
Dari Ummu ‘Athiyah al Anshariyyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kami untuk menghadiri sholat hari raya ‘Idul Fithri dan hari raya ‘Idul Adha, baik awatiq (gadis yang sudah baligh atau hampir baligh), maupun wanita-wanita yang sedang haid dan juga gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, mereka hendaknya tidak berada di tempat shalat. Saat itu mereka menyaksikan kebaikan dan doa yang dipanjatkan oleh kaum muslimin. Ummu Athiyah berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya muslimah yang lain meminjami jilbab untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 8-10)
Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah pula yang merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma’ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 20)
Begitu juga dengan masa setelah para shahabat (yaitu masa tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seterusnya). Setiap zaman selalu menorehkan tinta emas nama-nama para ulama wanita hingga masa sekarang ini. Di antara mereka, adalah putri-putri ulama besar di jamannya. Sebut saja putri Sa’id bin Musayyib (tabi’in), putri Imam Malik, Ummu ‘Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi, dan lainnya.
Apakah ilmu yang mereka dapatkan itu merupakan ilmu warisan dari ayah-ayah mereka yang seorang ulama? Jawabannya, tentu tidak. Ilmu bukanlah harta benda yang dapat diwariskan begitu saja.
Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Al Farwi, “Kami pernah duduk di majelis Imam Malik. Pada saat itu putra beliau keluar masuk majelis dan tidak mau duduk untuk belajar. Maka Imam Malik menghadap kami seraya berkata, “Masih ada yang meringankan bebanku yaitu bahwa masalah ilmu ini tidak bisa diwariskan.” (Majalah al Furqon edisi 12 tahun VI)
Tentu saja ilmu yang mereka dapatkan tidak datang begitu saja. Ada usaha dan pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Mari kita simak kegigihan para salaf dahulu dalam menuntut ilmu.
Hasan Al Bashri berkata, “Apabila engkau mendapati seseorang yang mengalahkanmu dalam urusan dunia, maka kalahkanlah dia dalam urusan akhirat.”
Imam Ahmad berwasiat kepada putranya, “Aku telah menginfakkan diriku untuk perjuangan”. Ketika Imam Ahmad ditanya kapan seseorang dapat beristirahat? Maka beliau menjawab, “Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di surga.”
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Dahulu generasi salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun menjadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datanglah suatu kaum yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali kepada jalan yang lurus dan mengintrospeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan. Sebagaimana dinyatakan oleh Mujahid dan lainnya, “Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun, kemudian Allah menganugerahi niat tersebut sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah. Namun ternyata ia hanya bisa dilakukan karena Allah”. (Panduan Akhlak Salaf , hlm. 7)
Para salaf yang lain juga benar-benar bersemangat memperhatikan permasalahan niat ini. Sufyan Ats Tsauri berkata, “Saya tidak pernah mengobati sesuatu melebihi terapiku terhadap niat.”
Tidak hanya hati saja yang mereka jaga kesungguhan dan ketulusannya ketika menuntut ilmu, tubuh mereka pun ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi raga yang kuat menghadapi rintangan dalam perjalanan menuntut ilmunya. Perhatikanlah kisah Hajjaj bin Sya’ir ini, “Ibuku pernah menyiapkan untukku seratus roti kering dan aku menaruhnya di dalam tas. Beliau mengutusku ke Syubbanih (salah seorang ahli hadits) di Madain. Aku tinggal di sana selama seratus hari. Setiap hari aku membawa seratus roti dan mencelupkannya ke sungai Dajlah kemudian aku memakannya. Setelah roti habis aku kembali ke ibuku.” (102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, hlm. 274).
Penutup
Mungkin saja kita tidak bisa setara dengan para salafush sholih dalam semangat mereka menuntut ilmu. Akan tetapi, segala upaya harus kita kerahkan agar semangat menuntut ilmu itu selalu terhujam kuat di dalam hati kita.
Allah berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (Qs. At Taghaabun : 16)
Maka tidak ada lagi alasan “Saya cuma ibu rumah tangga” atau “Saya sudah jadi seorang istri” atau “Saya tinggal di tempat yang jauh dari majelis ilmu” untuk menghindari kewajiban menuntut ilmu. Dengan berkembangnya teknologi di masa sekarang ini –misalnya internet, radio, rekaman kajian (kaset, CD, VCD, DVD), buku-buku Islam, dan majalah Islami- cukup memudahkan kita para wanita untuk tetap dapat menuntut ilmu tanpa harus datang dan duduk langsung dalam sebuah majelis ilmu jika keadaan memang tidak memungkinkan.
Semoga dengan sedikit pemaparan di atas, semangat para wanita untuk menuntut ilmu dapat tumbuh subur, sehingga dengan ijin Allah Ta’ala kita dapat songsong kembali kejayaan umat Islam di atas manhaj salafush sholih.
Wallahu Ta’ala A’lam.
ukhti,jagalah suaramu
Anugerah kecantikan yang Allah berikan kepada wanita dari berbagai sisinya dapat menimbulkan dampak kebaikan dan keburukan baik untuk dirinya sendiri atau lawan jenisnya. Bak mutiara indah yang senantiasa menebarkan kilauannya. Namun kilauan itu juga dapat menjadi ladang kemaksiatan jika tidak dijaga oleh pemiliknya seperti dicuri atau dirampas. Begitu pula keindahan dari seorang wanita akan mengundang keburukan jika tidak dijaga dengan baik. Keburukan yang akan timbul antara lain munculnya fitnah dari dalam dirinya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rosululloh ShollAllahu ‘Alaihi Wa salam, bahwa Wanita adalah salah satu perhiasan dunia yang bisa menjadi FITNAH.
“Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2740 [97])
“Hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama kali yang menimpa bani isroil disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2742 [99])
Segala keindahan yang terdapat dalam diri seorang wanita harus dijaga, bahkan hal yang dianggap remeh pun seperti “suara”. Tanpa pernah kita sadari, suara juga bisa mendatangkan fitnah, meskipun suara itu keluar bukan dimaksudkan secara khusus untuk melagukannya atau untuk menarik perhatian. Untuk itu Allah telah melarang kaum Hawa untuk berlemah lembut dalam berbicara dengan laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang didalam hatinya terdapat penyakit seperti firman-Nya:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al Ahzab: 32)
Saudariku, ayat ini turun untuk memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara kita. Allah juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahromnya, Peringatan itu pun semula Allah turunkan untuk Laki-laki di zaman Nabi yang kita tahu bahwa keimanan mereka lebih kuat dan akhlaknya lebih bagus daripada laki-laki di zaman sekarang.
Maka dari itu berbicaralah seperlunya saja dengan laki-laki yang bukan mahrom. Jika memang ada keperluan yang sangat darurat maka berbicara dibalik tabir itu lebih baik, seperti perintah Allah kepada kaum mukmin tatkala meminta sesuatu dengan wanita yang bukan mahrom dari balik tabir, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (isteri-isteri nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab: 53)
Wahai ukhti, jagalah suara kita agar tidak menjadi fitnah yang besar bagi kaum Adam. Semoga Allah mengampuni kita semua wahai saudariku dengan keindahan-keindahan yang mengandung fitnah ini. Janganlah kita berbangga hati dengan keindahan yang kita punyai karena sesungguhnya di balik keindahan tersebut terdapat ujian bagi kita. Wallahu a’lam bisshowab
Maraji’:
Fatwa-Fatwa Ulama, Nasihat ulama Besar untuk Wanita Muslimah
“Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2740 [97])
“Hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama kali yang menimpa bani isroil disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2742 [99])
Segala keindahan yang terdapat dalam diri seorang wanita harus dijaga, bahkan hal yang dianggap remeh pun seperti “suara”. Tanpa pernah kita sadari, suara juga bisa mendatangkan fitnah, meskipun suara itu keluar bukan dimaksudkan secara khusus untuk melagukannya atau untuk menarik perhatian. Untuk itu Allah telah melarang kaum Hawa untuk berlemah lembut dalam berbicara dengan laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang didalam hatinya terdapat penyakit seperti firman-Nya:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al Ahzab: 32)
Saudariku, ayat ini turun untuk memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara kita. Allah juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahromnya, Peringatan itu pun semula Allah turunkan untuk Laki-laki di zaman Nabi yang kita tahu bahwa keimanan mereka lebih kuat dan akhlaknya lebih bagus daripada laki-laki di zaman sekarang.
Maka dari itu berbicaralah seperlunya saja dengan laki-laki yang bukan mahrom. Jika memang ada keperluan yang sangat darurat maka berbicara dibalik tabir itu lebih baik, seperti perintah Allah kepada kaum mukmin tatkala meminta sesuatu dengan wanita yang bukan mahrom dari balik tabir, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (isteri-isteri nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab: 53)
Wahai ukhti, jagalah suara kita agar tidak menjadi fitnah yang besar bagi kaum Adam. Semoga Allah mengampuni kita semua wahai saudariku dengan keindahan-keindahan yang mengandung fitnah ini. Janganlah kita berbangga hati dengan keindahan yang kita punyai karena sesungguhnya di balik keindahan tersebut terdapat ujian bagi kita. Wallahu a’lam bisshowab
Maraji’:
Fatwa-Fatwa Ulama, Nasihat ulama Besar untuk Wanita Muslimah
kisah teladan
Dari album:
"KISAH TELADAN" oleh Ummu 'Aisyah رتن
Hadits Ummu Zar’ (sebuah nasihat untuk istri)
Hadits yang cukup panjang yang terdapat di HR. Al-Bukhari (no. 5189) di dalam kitab an-Nikaah dan HR. Muslim (no. 2448) ini berisi tentang sebelas wanita yang menceritakan tentang kondisi suaminya masing-masing, yang didalamnya banyak terkandung pelajaran. Hadits Ummu Zar’ ini dimasukkan ke dalam kategori: “Pergaulilah mereka dengan cara yang ma’ruf.” Untuk selanjutnya karena panjangnya hadits ini, maka kami akan memisahkan tiap bagiannya, kemudian membahasnya satu-persatu dan disertai Ibroh (pelajaran yang dapat dipetik) diakhir pembahasan. InsyaaAllah akan mempermudah bagi pembaca KIC.
Al-Bukhari meriwayatkan, dalam Shahiihnya pada bab “Ber¬gaul dengan Baik terhadap Keluarga,” sebuah hadits marfu’ dari ‘Aisyah . Ia menuturkan:
“Sebelas wanita duduk lalu mereka berjanji untuk tidak menyembunyikan tentang kabar-kabar yang bertalian dengan suami mereka sedikit pun.
Wanita yang pertama berkata: ‘Suamiku adalah daging unta jantan kurus di atas puncak gunung yang tidak mudah didaki, dan tidak pula berdaging sehingga mudah berpindah.’
Pembahasan: Wanita pertama ini bermaksud mencela suaminya. Ia mengistilahkan bahwa daging suaminya seper¬ti daging unta yang kurus, selain itu juga terletak di puncak gunung yang sulit didaki. Kemudian ditambahkan lagi bahwa suaminya tidak pula gemuk untuk mampu memikul beban.
Wanita ini tidak menikmati suaminya. Sebab, ia adalah seorang pria yang lemah dan dagingnya tidak bagus. Sepertinya ia menyifati aktifitas seksualnya bersamanya. Sekalipun ia menikmati aktifitas seksual bersama suaminya, namun ia melihatnya seperti daging unta yang kurus. Disamping kurus, ternyata dia sangat buruk akhlaknya. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana seharusnya berbicara dengannya. Bahkan ketika dia sampai kepada suaminya setelah bersusah payah, dia tidak mendapat¬kan sesuatu pun yang layak diambil dan dinikmati darinya. Wallaahu a’lam.
Yang kedua berkata: ‘Tentang suamiku, aku tidak ingin menyebarkan beritanya. Sesungguhnya aku khawatir mengatakannya. Jika aku mengingatnya, maka aku akan mengingat urat di wajah dan di perutnya.’
Pembahasan: Wanita yang kedua ini tidak mau membicarakan aib-aib suami¬nya baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Hal ini dikarenakan suaminya ini memiliki banyak aib. Ia khawatir bila mengingatnya akan menyebutkan semua aibnya. Seakan-akan ia khawatir tidak dapat membiarkan beritanya sedikit pun karena sedemikian banyaknya. Tetapi ia merasa cukup mengisyaratkan aib-aibnya. Wallaahu a ‘lam.
Yang ketiga berkata: ‘Suamiku orang yang berakhlak buruk; jika aku berbicara, maka aku akan ditalak dan jika aku diam, maka aku akan terkatung-katung.’
Pembahasan: wanita yang ketiga ini menyebutkan bahwa suaminya memiliki akhlak yang buruk. Jika wanita ini berbicara disisinya dan mengoreksinya tentang suatu perkara, maka dia akan dicerai oleh suaminya. Namun jika dia diam, maka suaminya tidak menghiraukannya dan meninggalkannya seperti wanita terkatung-katung yang tidak mempunyai suami dan tidak pula janda. Dia memiliki suami, namun suaminya ini tidak bisa diambil manfaat bila disisinya. Wallaahu a’lam.
Yang keempat berkata: ‘Suamiku seperti malam yang tenang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada ketakutan dan tidak membosan¬kan.’
Pembahasan: Wanita keempat menyifati suaminya, bahwa dia hidup bersamanya dengan rasa aman dan keadaannya menyenangkan. Ia tidak takut dan tidak bosan dengan kehidupan¬nya. Ia seperti penduduk Tuhamah dalam menikmati malam mereka yang tenang dan cuaca yang lembut. Ia menikmati suaminya karena pergaulannya yang bagus dan keadaannya sederhana. Wallaahu a ‘lam.
Yang kelima berkata: ‘Suamiku, apabila ia masuk, ia seperti macan kumbang dan apabila keluar, ia seperti singa, dan tidak ber¬tanya tentang apa yang terlihat (di dalam rumah).’
Pembahasan: Pensifatan wanita kelima ini pada suaminya mengandung dua kemungkinan:
Kemungkinan pertama, ia menyifati suaminya bahwa ia seperti macan, karena terlalu sering menyetubuhinya. Wanita ini dicintainya sehingga ia tidak tahan ketika meli¬hatnya. Sementara ketika ia di tengah-tengah manusia (ketika keluar) ia adalah pemberani seperti singa. Selain itu suaminya ini (tidak bertanya tentang apa yang bisa dilihat) memberikan kepadanya makanan, minuman dan pakaian, dan ia tidak menanyakan dikemanakan semua itu habis.
Kemungkinan kedua, ia mencela suaminya dan menyifatinya bahwa ketika masuk, ia seperti macan. Ia tidak mencumbuinya sebelum menyenggamainya. Ia juga berakhlak buruk, meninju, memukul dan ia tidak bertanya tentang isterinya. Ketika ia keluar, sedangkan isterinya sakit, maka ketika kembali, ia tidak bertanya ten¬tang keadaannya. Wallaahu a’lam.
Yang keenam berkata: ‘Suamiku, jika ia makan sangat rakus. Jika minum, ia meminumnya sekali tenggak. Jika tidur, ia tidur pulas sendirian Gauh dari isteri). Ia tidak memasukkan telapak tangannya (ke dalam tubuh isterinya) untuk mengetahui berita (tentang kesedihan isterinya).’
Pembahasan: Wanita keenam ini menyifati suaminya sebagai orang yang rakus dalam makan dan minum sehingga tidak menyisakan sedikit pun. Jika ia tidur, maka ia tidur di pojok dan berselimutkan dengan pakaiannya sendirian dalam keadaan berpaling dari isterinya, dan dia (si isteri) bersedih karenanya. Ia tidak mengulurkan tangannya untuk mengetahui kesedihannya terhadapnya, dan ia (si isteri) sakit tapi ia tidak bertanya tentang penyakitnya. Wallaahu a’lam.
Yang ketujuh berkata: ‘Suamiku dungu -atau tidak mampu bersenggama dengan isterinya bahkan sangat dungu. Setiap penyakit ada padanya. Ia melukai kepalamu, melukai tubuhmu atau melaku¬kan kedua-duanya kepadamu.’
Pembahasan: Wanita ketujuh ini menyifati suaminya sebagai orang yang dungu, sebab ia tidak mampu me¬menuhi hajatnya. Meskipun demikian, ia selalu menyakitinya jika ia berkata kepadanya. Suaminya ini kemudian menahannya, memukulnya dan melukai kepala serta badannya. Ia tidak menyisakan satu anggota badan pun bisa terbebas. Kadang¬kala ia melakukan segalanya. Wallaahu a’lam.
Yang kedelapan berkata: ‘Suamiku sentuhannya selembut sentuhan kelinci dan aromanya seharum aroma Zarnab (pohon berbau harum).’
Pembahasan: Wanita kedelapan ini menyifati suaminya sebagai orang yang suka berdandan dan memakai par¬fum untuk dirinya. Wallaahu a’lam.
Yang kesembilan berkata: ‘Suamiku tinggi pilarnya, panjang sarung pedangnya, banyak abunya dan rumahnya dekat dengan kebaikan.’
Pembahasan: Wanita kesembilan ini menyifati suaminya, bahwa rumahnya tinggi dan panjang, dan demikianlah rumah para bangsawan. Ia berperawakan tinggi, yang membutuhkan sarung pedang yang panjang, dan itu karena keberaniannya. Apinya tidak padam karena kedermawanannya. Rumahnya dekat dengan tempat pertemuan, sehingga ia tidak tertutup dari para peserta pertemuan dan ia tidak jauh dari mereka serta selamanya berada di tengah-tengah khalayak agar mudah bertemu dengan¬nya.
Yang kesepuluh berkata: ‘Suamiku adalah raja, raja yang seperti apa? Seorang raja yang lebih baik dari semua raja. Ia memiliki unta-unta yang banyak, menderum dan sedikit digembalakan. Jika hewan-hewan tersebut mendengar suara pisau, maka hewan-hewan tersebut merasa yakin, bahwa mereka akan binasa.’
Pembahasan: Wanita kesepuluh ini mengatakan, bahwa suaminya adalah raja yang lebih baik dibandingkan raja-raja yang disebutkan dalam hal kedemawanannya. Ia memiliki banyak hewan peliharaan yang sedikit digembalakan (kebanyakan dikandang). Jika hewan peliharaannya ini mendengar suara pisau, maka ia tahu bahwa ada tamu yang datang. Jika tamu telah datang, maka ia yakin bahwa ia akan disembelih. Hal ini dikarenakan kedermawanannya sang suami.
Yang kesebelas berkata: ‘Suamiku Abu Zar’, dan siapakah Abu Zar’? Yaitu, orang yang memakaikan perhiasan di kedua telingaku. Ia memenuhi tubuhku dengan lemak (sehingga aku menjadi gemuk). Ia membahagiakanku, sehingga aku menjadi bahagia dan bangga. Ia mendapatiku (ketika menikahiku) dalam keluarga penggembala kambing yang sengsara, lalu menempatkanku dalam keluarga penggembala kuda dan unta serta memiliki banyak tanaman dan hewan ternak. Di sisinya aku berbicara, dan aku tidak dicela. Aku tidur di awal siang hari dan aku minum hingga puas.’
Ibu Abu Zar’, dan siapakah ibu Abu Zar’ itu? Hartanya banyak dan rumahnya luas.
Putera Abu Zar’, dan siapakah putera Abu Zar’ itu? Tempat tidurnya seperti selembar serat tikar (karena sempitnya) dan sudah merasa kenyang dengan makan kaki kambing.
Putri Abu Zar’ dan tahukah kamu siapakah putri Abu Zar’ itu? Ia mentaati ayahnya dan mentaati ibunya, pakaiannya ter¬penuhi dan tetangganya iri kepadanya.
Sahaya wanita Abu Zar’, dan tahukah kamu siapa sahaya wanita Abu Zar’ itu? Ia tidak menyebarkan pembicaraan kami. Tidak berkhianat maupun mencuri makanan kami, dan tidak me¬menuhi rumah kami dengan sampah.
Pembahasan: Wanita kesebelas ini (Ummu Zar’) menyifati Abu Zar’ banyak memberinya perhiasan dan makanan yang enak. Dan dia berbahagia atas perlakuan Abu Zar’. Ia menceritakan bahwa Abu Zar’ ini dahulu menikahinya padahal dia berada pada keluarga yang miskin. Yang kemudian Abu Zar’ menempatkannya dikeluarga yang kaya. Meskipun begitu, ketika berbicara (berpendapat) disisi Abu Zar’ pendapatnya diterima (meskipun dulu keluarganya merupakan keluarga yang miskin). Selain itu dia sangat menikmati hidup bersama Abu Zar’ yang dia bisa tidur dan minum sepuas-puasnya karena dia tidak perlu melakukan pekerjaan rumah (karena memiliki banyak pembantu)
Selanjutnya karena senangnya hidup bersama Abu Zar’ maka dia kemudian menyebutkan, bagaimana ibu, putera, puterinya dan hamba sahayanya.
Ia menggambarkan Ibu Abu Zar’ mempunyai banyak perabotan, harta, pakaian, dan rumah yang luas.
Ia menggambarkan putera Abu Zar’ bahwa pembaringannya hanya selebar selembar serat tikar, maksudnya ia tidak banyak memanfaatkan atau mengambil tempat di rumah, dan sedikit makannya, sehingga sudah merasa kenyang dengan makan sebelah kaki depan kambing kecil, dan ini gambaran bahwa anak tirinya tersebut tidak banyak membebaninya seakan-akan tidak hidup bersamanya.
Ia menggambarkan puteri Abu Zar’ yang taat kepada orangtuanya, mempunyai pakaian yang banyak dan membuat iri tetangganya.
Ia menyifati sahaya itu bahwa ia tidak menyebarkan rahasia dan tidak meng¬khianati mereka dalam hal makanan dan perbekalan serta membawanya kabur. Ia pandai mengatur rumah dan peka dengan kebersihan.
Ia (Ummu Zar’) mengatakan: ‘Abu Zar’ keluar mem¬bawa wadah-wadah untuk memerah susu, lalu dia bertemu dengan seorang wanita bersama dua orang anaknya seperti dua ekor macan kumbang. Keduanya memainkan dua payudaranya di pangkuannya. Kemudian dia menceraikanku dan menikahinya. Kemudian sesudah itu aku menikah dengan seorang laki-laki bangsawan, me¬naiki kuda dan memegang tombak. Ia menghiburku dengan berbagai nikmat yang banyak dan memberikan kepadaku dari segala hal yang menyenangkan,• serta mengatakan kepadaku: ‘Makanlah wahai Ummu Zar’ dan berikan kepada keluargamu.’ Ia (Ummu Zar’) mengatakan: ‘Sekiranya aku kumpulkan segala sesuatu yang dia berikan kepada¬ku, maka itu tidak mencapai sebejana terkecil Abu Zar’.”
Abu Zar’ keluar pagi-pagi sekali dari rumahnya ketika akan bekerja. Dia keluar ketika musim kurma dan musim semi yang indah, Kemudian Abu Zar’ melihat seorang wanita. Wanita itu sedang dalam keadaan yang lelah, ia berbaring sambil beristirahat. Abu Zar’ melihatnya demikian bersama dua orang anak, seperti dua ekor macan kumbang yang bagus. Kebanyakan orang-orang Arab menginginkan wanita-wanita yang dapat melahirkan. Dikarenakan wanita yang ditemuinya ini adalah wanita yang subur (punya 2 anak), sedangkan Ummu Zar’ tidak memiliki anak (dari pernikahannya), maka Abu Zar’ kemudian menikahi wanita tadi dan mencerai Ummu Zar’.
Selanjutnya Ummu Zar’ menikah dengan seorang laki-laki bangsawan, dan ia mendapatkan banyak kenikmatan darinya. Meskipun demikian kecintaannya kepada Abu Zar’ tidak dapat digantikan oleh laki-laki ini.
‘Aisyah melanjutkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku bagimu adalah seperti Abu Zar’ terhadap Ummu Zar’.”
Point-Point Penting Berkaitan dengan Hadits Ini : (berdasarkan komentar al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (IX/277), dengan diringkas)
Pertama, suami itu keadaannya sangat bermacam-macam. Barangsiapa yang mendapati sifat yang tercela padanya, maka hendak¬lah dia berusaha melepaskan sifat tersebut semaksimal mungkin. Dan barangsiapa yang merasa memiliki sifat terpuji, maka hendak¬lah dia memohon kepada Allah tambahan karunia-Nya.
Kedua, berlemah lembut dan berbicara dalam perkara yang mubah, selagi hal itu tidak membawa kepada hal yang dilarang.
Ketiga, penjelasan tentang bolehnya menyebut kelebihan dalam perkara-perkara agama, dan seorang suami memberitahukan kepada keluarganya mengenai gambaran keadaannya bersama me¬reka, terutama karena kaum wanita mempunyai tabi’at mengingkari kebaikan. Oleh karena itu, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada ‘Aisyah, “Aku bagimu adalah seperti Abu Zar’ bagi Ummu Zar’.”
Keempat, hadits ini berisi pembicaraan tentang umat-umat terdahulu dan membuat permisalan dari mereka untuk diambil sebagai pelajaran. Tidak mengapa menyebut sekelumit kisah dan kisah-kisah unik yang dinilai baik untuk memotifasi jiwa.
Kelima, boleh memuji seseorang di hadapannya jika pujian tersebut tidak merusaknya; karena ‘Aisyah Rodhiallahu ‘anha mengatakan: “Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik daripada Abu Zar’. Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, sungguh engkau lebih baik bagiku.”
Keenam, menyebut aib yang ada pada diri seseorang dibolehkan, jika diniatkan agar perbuatan tersebut dijauhi, dan hal tersebut tidaklah termasuk dari ghibah. Hal ini disinggung oleh al-Khaththabi, kemudian oleh Abu ‘Abdillah at-Tamimi, guru dari al-Qadhi ‘Iyadh, bahwa argumen dengan hal ini adalah akan sempurna seandainya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar wanita menggunjing suaminya lalu menyetujui¬nya. Adapun hikayat tentang orang yang tidak hadir, maka tidaklah demikian. Ini adalah sebagaimana orang yang mengatakan: “Di antara manusia ada seseorang yang berbuat buruk.” Mungkin inilah yang dimaksud oleh al-Khaththabi.
Ketujuh, hadits ini membolehkan menyifati wanita dan kebaikannya kepada seorang pria. Ini dibolehkan jika kaum wanita tersebut tidak ada (tidak diketahui).
Tambahan : Al ustadz firanda andirja pernah mensyarah hadits ini dan mengatakan bahwa pemberian suami baru Ummu Zar’ yang demikian banyak, tidak mampu meluluhkan hati Ummu Zar’ yang senantiasa terkenang dengan suami lamanya, Abu Zar’.
FAIDAH: jangan cari wanita bekasan. Hati-hati pada wanita yang sudah pernah bertaa’aruf.
? ????? ?????? ???? ??? … ??? ??? ?????? ???? ???
Dan singa akan menjauhi aliran air,
Jika air itu pernah dijilat anjing….
"KISAH TELADAN" oleh Ummu 'Aisyah رتن
Hadits Ummu Zar’ (sebuah nasihat untuk istri)
Hadits yang cukup panjang yang terdapat di HR. Al-Bukhari (no. 5189) di dalam kitab an-Nikaah dan HR. Muslim (no. 2448) ini berisi tentang sebelas wanita yang menceritakan tentang kondisi suaminya masing-masing, yang didalamnya banyak terkandung pelajaran. Hadits Ummu Zar’ ini dimasukkan ke dalam kategori: “Pergaulilah mereka dengan cara yang ma’ruf.” Untuk selanjutnya karena panjangnya hadits ini, maka kami akan memisahkan tiap bagiannya, kemudian membahasnya satu-persatu dan disertai Ibroh (pelajaran yang dapat dipetik) diakhir pembahasan. InsyaaAllah akan mempermudah bagi pembaca KIC.
Al-Bukhari meriwayatkan, dalam Shahiihnya pada bab “Ber¬gaul dengan Baik terhadap Keluarga,” sebuah hadits marfu’ dari ‘Aisyah . Ia menuturkan:
“Sebelas wanita duduk lalu mereka berjanji untuk tidak menyembunyikan tentang kabar-kabar yang bertalian dengan suami mereka sedikit pun.
Wanita yang pertama berkata: ‘Suamiku adalah daging unta jantan kurus di atas puncak gunung yang tidak mudah didaki, dan tidak pula berdaging sehingga mudah berpindah.’
Pembahasan: Wanita pertama ini bermaksud mencela suaminya. Ia mengistilahkan bahwa daging suaminya seper¬ti daging unta yang kurus, selain itu juga terletak di puncak gunung yang sulit didaki. Kemudian ditambahkan lagi bahwa suaminya tidak pula gemuk untuk mampu memikul beban.
Wanita ini tidak menikmati suaminya. Sebab, ia adalah seorang pria yang lemah dan dagingnya tidak bagus. Sepertinya ia menyifati aktifitas seksualnya bersamanya. Sekalipun ia menikmati aktifitas seksual bersama suaminya, namun ia melihatnya seperti daging unta yang kurus. Disamping kurus, ternyata dia sangat buruk akhlaknya. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana seharusnya berbicara dengannya. Bahkan ketika dia sampai kepada suaminya setelah bersusah payah, dia tidak mendapat¬kan sesuatu pun yang layak diambil dan dinikmati darinya. Wallaahu a’lam.
Yang kedua berkata: ‘Tentang suamiku, aku tidak ingin menyebarkan beritanya. Sesungguhnya aku khawatir mengatakannya. Jika aku mengingatnya, maka aku akan mengingat urat di wajah dan di perutnya.’
Pembahasan: Wanita yang kedua ini tidak mau membicarakan aib-aib suami¬nya baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Hal ini dikarenakan suaminya ini memiliki banyak aib. Ia khawatir bila mengingatnya akan menyebutkan semua aibnya. Seakan-akan ia khawatir tidak dapat membiarkan beritanya sedikit pun karena sedemikian banyaknya. Tetapi ia merasa cukup mengisyaratkan aib-aibnya. Wallaahu a ‘lam.
Yang ketiga berkata: ‘Suamiku orang yang berakhlak buruk; jika aku berbicara, maka aku akan ditalak dan jika aku diam, maka aku akan terkatung-katung.’
Pembahasan: wanita yang ketiga ini menyebutkan bahwa suaminya memiliki akhlak yang buruk. Jika wanita ini berbicara disisinya dan mengoreksinya tentang suatu perkara, maka dia akan dicerai oleh suaminya. Namun jika dia diam, maka suaminya tidak menghiraukannya dan meninggalkannya seperti wanita terkatung-katung yang tidak mempunyai suami dan tidak pula janda. Dia memiliki suami, namun suaminya ini tidak bisa diambil manfaat bila disisinya. Wallaahu a’lam.
Yang keempat berkata: ‘Suamiku seperti malam yang tenang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada ketakutan dan tidak membosan¬kan.’
Pembahasan: Wanita keempat menyifati suaminya, bahwa dia hidup bersamanya dengan rasa aman dan keadaannya menyenangkan. Ia tidak takut dan tidak bosan dengan kehidupan¬nya. Ia seperti penduduk Tuhamah dalam menikmati malam mereka yang tenang dan cuaca yang lembut. Ia menikmati suaminya karena pergaulannya yang bagus dan keadaannya sederhana. Wallaahu a ‘lam.
Yang kelima berkata: ‘Suamiku, apabila ia masuk, ia seperti macan kumbang dan apabila keluar, ia seperti singa, dan tidak ber¬tanya tentang apa yang terlihat (di dalam rumah).’
Pembahasan: Pensifatan wanita kelima ini pada suaminya mengandung dua kemungkinan:
Kemungkinan pertama, ia menyifati suaminya bahwa ia seperti macan, karena terlalu sering menyetubuhinya. Wanita ini dicintainya sehingga ia tidak tahan ketika meli¬hatnya. Sementara ketika ia di tengah-tengah manusia (ketika keluar) ia adalah pemberani seperti singa. Selain itu suaminya ini (tidak bertanya tentang apa yang bisa dilihat) memberikan kepadanya makanan, minuman dan pakaian, dan ia tidak menanyakan dikemanakan semua itu habis.
Kemungkinan kedua, ia mencela suaminya dan menyifatinya bahwa ketika masuk, ia seperti macan. Ia tidak mencumbuinya sebelum menyenggamainya. Ia juga berakhlak buruk, meninju, memukul dan ia tidak bertanya tentang isterinya. Ketika ia keluar, sedangkan isterinya sakit, maka ketika kembali, ia tidak bertanya ten¬tang keadaannya. Wallaahu a’lam.
Yang keenam berkata: ‘Suamiku, jika ia makan sangat rakus. Jika minum, ia meminumnya sekali tenggak. Jika tidur, ia tidur pulas sendirian Gauh dari isteri). Ia tidak memasukkan telapak tangannya (ke dalam tubuh isterinya) untuk mengetahui berita (tentang kesedihan isterinya).’
Pembahasan: Wanita keenam ini menyifati suaminya sebagai orang yang rakus dalam makan dan minum sehingga tidak menyisakan sedikit pun. Jika ia tidur, maka ia tidur di pojok dan berselimutkan dengan pakaiannya sendirian dalam keadaan berpaling dari isterinya, dan dia (si isteri) bersedih karenanya. Ia tidak mengulurkan tangannya untuk mengetahui kesedihannya terhadapnya, dan ia (si isteri) sakit tapi ia tidak bertanya tentang penyakitnya. Wallaahu a’lam.
Yang ketujuh berkata: ‘Suamiku dungu -atau tidak mampu bersenggama dengan isterinya bahkan sangat dungu. Setiap penyakit ada padanya. Ia melukai kepalamu, melukai tubuhmu atau melaku¬kan kedua-duanya kepadamu.’
Pembahasan: Wanita ketujuh ini menyifati suaminya sebagai orang yang dungu, sebab ia tidak mampu me¬menuhi hajatnya. Meskipun demikian, ia selalu menyakitinya jika ia berkata kepadanya. Suaminya ini kemudian menahannya, memukulnya dan melukai kepala serta badannya. Ia tidak menyisakan satu anggota badan pun bisa terbebas. Kadang¬kala ia melakukan segalanya. Wallaahu a’lam.
Yang kedelapan berkata: ‘Suamiku sentuhannya selembut sentuhan kelinci dan aromanya seharum aroma Zarnab (pohon berbau harum).’
Pembahasan: Wanita kedelapan ini menyifati suaminya sebagai orang yang suka berdandan dan memakai par¬fum untuk dirinya. Wallaahu a’lam.
Yang kesembilan berkata: ‘Suamiku tinggi pilarnya, panjang sarung pedangnya, banyak abunya dan rumahnya dekat dengan kebaikan.’
Pembahasan: Wanita kesembilan ini menyifati suaminya, bahwa rumahnya tinggi dan panjang, dan demikianlah rumah para bangsawan. Ia berperawakan tinggi, yang membutuhkan sarung pedang yang panjang, dan itu karena keberaniannya. Apinya tidak padam karena kedermawanannya. Rumahnya dekat dengan tempat pertemuan, sehingga ia tidak tertutup dari para peserta pertemuan dan ia tidak jauh dari mereka serta selamanya berada di tengah-tengah khalayak agar mudah bertemu dengan¬nya.
Yang kesepuluh berkata: ‘Suamiku adalah raja, raja yang seperti apa? Seorang raja yang lebih baik dari semua raja. Ia memiliki unta-unta yang banyak, menderum dan sedikit digembalakan. Jika hewan-hewan tersebut mendengar suara pisau, maka hewan-hewan tersebut merasa yakin, bahwa mereka akan binasa.’
Pembahasan: Wanita kesepuluh ini mengatakan, bahwa suaminya adalah raja yang lebih baik dibandingkan raja-raja yang disebutkan dalam hal kedemawanannya. Ia memiliki banyak hewan peliharaan yang sedikit digembalakan (kebanyakan dikandang). Jika hewan peliharaannya ini mendengar suara pisau, maka ia tahu bahwa ada tamu yang datang. Jika tamu telah datang, maka ia yakin bahwa ia akan disembelih. Hal ini dikarenakan kedermawanannya sang suami.
Yang kesebelas berkata: ‘Suamiku Abu Zar’, dan siapakah Abu Zar’? Yaitu, orang yang memakaikan perhiasan di kedua telingaku. Ia memenuhi tubuhku dengan lemak (sehingga aku menjadi gemuk). Ia membahagiakanku, sehingga aku menjadi bahagia dan bangga. Ia mendapatiku (ketika menikahiku) dalam keluarga penggembala kambing yang sengsara, lalu menempatkanku dalam keluarga penggembala kuda dan unta serta memiliki banyak tanaman dan hewan ternak. Di sisinya aku berbicara, dan aku tidak dicela. Aku tidur di awal siang hari dan aku minum hingga puas.’
Ibu Abu Zar’, dan siapakah ibu Abu Zar’ itu? Hartanya banyak dan rumahnya luas.
Putera Abu Zar’, dan siapakah putera Abu Zar’ itu? Tempat tidurnya seperti selembar serat tikar (karena sempitnya) dan sudah merasa kenyang dengan makan kaki kambing.
Putri Abu Zar’ dan tahukah kamu siapakah putri Abu Zar’ itu? Ia mentaati ayahnya dan mentaati ibunya, pakaiannya ter¬penuhi dan tetangganya iri kepadanya.
Sahaya wanita Abu Zar’, dan tahukah kamu siapa sahaya wanita Abu Zar’ itu? Ia tidak menyebarkan pembicaraan kami. Tidak berkhianat maupun mencuri makanan kami, dan tidak me¬menuhi rumah kami dengan sampah.
Pembahasan: Wanita kesebelas ini (Ummu Zar’) menyifati Abu Zar’ banyak memberinya perhiasan dan makanan yang enak. Dan dia berbahagia atas perlakuan Abu Zar’. Ia menceritakan bahwa Abu Zar’ ini dahulu menikahinya padahal dia berada pada keluarga yang miskin. Yang kemudian Abu Zar’ menempatkannya dikeluarga yang kaya. Meskipun begitu, ketika berbicara (berpendapat) disisi Abu Zar’ pendapatnya diterima (meskipun dulu keluarganya merupakan keluarga yang miskin). Selain itu dia sangat menikmati hidup bersama Abu Zar’ yang dia bisa tidur dan minum sepuas-puasnya karena dia tidak perlu melakukan pekerjaan rumah (karena memiliki banyak pembantu)
Selanjutnya karena senangnya hidup bersama Abu Zar’ maka dia kemudian menyebutkan, bagaimana ibu, putera, puterinya dan hamba sahayanya.
Ia menggambarkan Ibu Abu Zar’ mempunyai banyak perabotan, harta, pakaian, dan rumah yang luas.
Ia menggambarkan putera Abu Zar’ bahwa pembaringannya hanya selebar selembar serat tikar, maksudnya ia tidak banyak memanfaatkan atau mengambil tempat di rumah, dan sedikit makannya, sehingga sudah merasa kenyang dengan makan sebelah kaki depan kambing kecil, dan ini gambaran bahwa anak tirinya tersebut tidak banyak membebaninya seakan-akan tidak hidup bersamanya.
Ia menggambarkan puteri Abu Zar’ yang taat kepada orangtuanya, mempunyai pakaian yang banyak dan membuat iri tetangganya.
Ia menyifati sahaya itu bahwa ia tidak menyebarkan rahasia dan tidak meng¬khianati mereka dalam hal makanan dan perbekalan serta membawanya kabur. Ia pandai mengatur rumah dan peka dengan kebersihan.
Ia (Ummu Zar’) mengatakan: ‘Abu Zar’ keluar mem¬bawa wadah-wadah untuk memerah susu, lalu dia bertemu dengan seorang wanita bersama dua orang anaknya seperti dua ekor macan kumbang. Keduanya memainkan dua payudaranya di pangkuannya. Kemudian dia menceraikanku dan menikahinya. Kemudian sesudah itu aku menikah dengan seorang laki-laki bangsawan, me¬naiki kuda dan memegang tombak. Ia menghiburku dengan berbagai nikmat yang banyak dan memberikan kepadaku dari segala hal yang menyenangkan,• serta mengatakan kepadaku: ‘Makanlah wahai Ummu Zar’ dan berikan kepada keluargamu.’ Ia (Ummu Zar’) mengatakan: ‘Sekiranya aku kumpulkan segala sesuatu yang dia berikan kepada¬ku, maka itu tidak mencapai sebejana terkecil Abu Zar’.”
Abu Zar’ keluar pagi-pagi sekali dari rumahnya ketika akan bekerja. Dia keluar ketika musim kurma dan musim semi yang indah, Kemudian Abu Zar’ melihat seorang wanita. Wanita itu sedang dalam keadaan yang lelah, ia berbaring sambil beristirahat. Abu Zar’ melihatnya demikian bersama dua orang anak, seperti dua ekor macan kumbang yang bagus. Kebanyakan orang-orang Arab menginginkan wanita-wanita yang dapat melahirkan. Dikarenakan wanita yang ditemuinya ini adalah wanita yang subur (punya 2 anak), sedangkan Ummu Zar’ tidak memiliki anak (dari pernikahannya), maka Abu Zar’ kemudian menikahi wanita tadi dan mencerai Ummu Zar’.
Selanjutnya Ummu Zar’ menikah dengan seorang laki-laki bangsawan, dan ia mendapatkan banyak kenikmatan darinya. Meskipun demikian kecintaannya kepada Abu Zar’ tidak dapat digantikan oleh laki-laki ini.
‘Aisyah melanjutkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku bagimu adalah seperti Abu Zar’ terhadap Ummu Zar’.”
Point-Point Penting Berkaitan dengan Hadits Ini : (berdasarkan komentar al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (IX/277), dengan diringkas)
Pertama, suami itu keadaannya sangat bermacam-macam. Barangsiapa yang mendapati sifat yang tercela padanya, maka hendak¬lah dia berusaha melepaskan sifat tersebut semaksimal mungkin. Dan barangsiapa yang merasa memiliki sifat terpuji, maka hendak¬lah dia memohon kepada Allah tambahan karunia-Nya.
Kedua, berlemah lembut dan berbicara dalam perkara yang mubah, selagi hal itu tidak membawa kepada hal yang dilarang.
Ketiga, penjelasan tentang bolehnya menyebut kelebihan dalam perkara-perkara agama, dan seorang suami memberitahukan kepada keluarganya mengenai gambaran keadaannya bersama me¬reka, terutama karena kaum wanita mempunyai tabi’at mengingkari kebaikan. Oleh karena itu, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada ‘Aisyah, “Aku bagimu adalah seperti Abu Zar’ bagi Ummu Zar’.”
Keempat, hadits ini berisi pembicaraan tentang umat-umat terdahulu dan membuat permisalan dari mereka untuk diambil sebagai pelajaran. Tidak mengapa menyebut sekelumit kisah dan kisah-kisah unik yang dinilai baik untuk memotifasi jiwa.
Kelima, boleh memuji seseorang di hadapannya jika pujian tersebut tidak merusaknya; karena ‘Aisyah Rodhiallahu ‘anha mengatakan: “Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik daripada Abu Zar’. Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, sungguh engkau lebih baik bagiku.”
Keenam, menyebut aib yang ada pada diri seseorang dibolehkan, jika diniatkan agar perbuatan tersebut dijauhi, dan hal tersebut tidaklah termasuk dari ghibah. Hal ini disinggung oleh al-Khaththabi, kemudian oleh Abu ‘Abdillah at-Tamimi, guru dari al-Qadhi ‘Iyadh, bahwa argumen dengan hal ini adalah akan sempurna seandainya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar wanita menggunjing suaminya lalu menyetujui¬nya. Adapun hikayat tentang orang yang tidak hadir, maka tidaklah demikian. Ini adalah sebagaimana orang yang mengatakan: “Di antara manusia ada seseorang yang berbuat buruk.” Mungkin inilah yang dimaksud oleh al-Khaththabi.
Ketujuh, hadits ini membolehkan menyifati wanita dan kebaikannya kepada seorang pria. Ini dibolehkan jika kaum wanita tersebut tidak ada (tidak diketahui).
Tambahan : Al ustadz firanda andirja pernah mensyarah hadits ini dan mengatakan bahwa pemberian suami baru Ummu Zar’ yang demikian banyak, tidak mampu meluluhkan hati Ummu Zar’ yang senantiasa terkenang dengan suami lamanya, Abu Zar’.
FAIDAH: jangan cari wanita bekasan. Hati-hati pada wanita yang sudah pernah bertaa’aruf.
? ????? ?????? ???? ??? … ??? ??? ?????? ???? ???
Dan singa akan menjauhi aliran air,
Jika air itu pernah dijilat anjing….
orang barat masuk islam
Banyak perempuan barat berharap dapat menyelamatkan diri mereka dari belenggu kebudayaan barat, yang telah merendahkan martabat dan mengeksploitasi diri mereka.
Menurut mereka, Islam adalah satu-satunya alternatif untuk menyelamatkan diri. Tidak mengherankan kalau banyak perempuan barat berpindah ke agama Islam, setelah menyadari bahwa cara Islam menjaga kehormatan perempuan, meninggikan martabat dan penghormatan terhadap kemanusiaan mereka.
Kisah berpindahnya wanita barat ke dalam agama Islam sangat banyak. Dalam artikel ini adalah cuplikan dari surat penulis Kristen terkenal Joanna Francis, di mana ia bercerita tentang situasi dan keadaan tragis perempuan di barat, juga ungkapan terima kasihnya kepada perempuan Muslim. Kesaksian tersebut ia tuliskan dalam surat yang dikirimkan kepada orang-orang yang ia sebut sebagai "saudara Muslim".
Surat tersebut diterjemahkan dari situs: tribes.tribe.net, dan diterbitkan oleh beberapa situs Arab.
Joanna Francis menulis :
Surat kepada seorang perempuan muslim yang berpindah dari agama Kristen
Sejak awal ketika Zionis mendeklarasikan "perang melawan teror", dunia Islam adalah tema utama yang dibahas oleh setiap rumah di Amerika. Saya melihat pembantaian, kematian dan kehancuran yang terjadi di Lebanon. Selain itu, saya juga melihat sesuatu yang lain: Saya melihat kalian.
Saya tidak bisa tidak memperhatikan bahwa hampir setiap wanita yang saya lihat tersebut dalam keadaan menunggu kelahiran bayi atau selalu dikelilingi oleh anak-anak. Saya bisa melihat bahwa meskipun perempuan ini berpakaian sederhana, kecantikan mereka masih bersinar melalui pakaian yang mereka pakai. Tapi saya tidak hanya melihat keindahan tersebut dari luar. Saya juga merasakan sesuatu yang aneh dari cara berpakaian mereka, yaitu rasa iri dari dalam diri saya.
Saya tidak bisa tidak mengagumi martabat kalian, keindahan, kesopanan, dan semua itu memancarkan kebahagiaan dari diri kalian. Ya, ini aneh, tapi saya sadar, bahkan di bawah pemboman yang terus menerus, kalian masih tampak lebih bahagia daripada kami, karena kalian masih hidup di alam kehidupan perempuan. Perempuan yang hidup dari zaman dahulu kala, dari awal alam semesta. Di Barat, perempuan juga mengikuti pola hidup seperti ini pada tahun 60-an, ketika kita juga berada dalam peperangan. Tapi saat kami terlibat peperangan dengan amunisi yang tidak nyata, dengan penipuan yang licik dan pembusukan moral.
Orang-orang Amerika, bukan saja berperang dengan jet atau tank, tetapi juga dengan keberadaan Hollywood. Mereka ingin menembak kalian seperti saat dengan "amunisi yang sesungguhnya", setelah mereka menghancurkan infrastruktur lengkap negara kalian. Saya tidak ingin ini terjadi pada kalian. Kalian akan merasa terhina, sama seperti yang kami rasakan. Kalian dapat menghindari hal ini, jika kalian mendengarkan orang-orang dari kami yang telah menderita kerugian serius dari pengaruh merusak mereka.
Karena semua produksi di Hollywood, yang kalian lihat, adalah dusta, distorsi realitas, perdukunan. Mereka menyuarakan bahwa seks bebas tidak berbahaya karena mereka berusaha menghancurkan tatanan moral masyarakat, yang kemudian menyiarkan program-program beracun mereka.
Mereka akan mencoba merayu kalian dengan film dan klip yang menarik, yang salah satunya menggambarkan kami, orang Amerika, bahagia dan puas, bangga dengan pakaian yang nampak seperti perempuan murahan dan puas bahwa kita tidak memiliki keluarga. Sebagian besar dari kami tidak bahagia, percayalah.
Jutaan orang dari masyarakat kami sedang diobati dengan antidepresan, membenci pekerjaan mereka, dan menangis pada malam hari karena orang-orang yang mengatakan bahwa mereka mencintai kami, kemudian setelah mengeksploitasi kami kemudian membuang kami. Mereka ingin menghancurkan keluarga kalian dan meyakinkan kalian untuk memiliki lebih sedikit anak-anak. Mereka menyuarakan itu semua dengan menyajikan tipu muslihat yang menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu bentuk perbudakan, kutukan, terlalu sederhana dan kuno. Mereka ingin kalian mempermalukan diri kalian sendiri dan kehilangan iman. Mereka terdengar seperti Iblis dan kisah tipu muslihatnya kepada Hawa (istri Adam).
Saya percaya bahwa kalian seperti batu mulia, seperti emas murni. Beberapa dari kami telah ditipu dan diajak bertanya tentang nilai kemurnian kalian. Kesucian wanita yang sangat berharga mereka tanamkan pada pikiran kami bahwa itu semua murahan. Tapi percayalah, tidak ada yang dapat menggantikan kesempatan untuk melihat dalam cermin dan melihat kemurnian, keluguan dan harga diri, kecuali ketika melihat kalian.
Gaya ala barat dirancang untuk meyakinkan kalian bahwa hal yang paling berharga dari kalian adalah seksualitas. Tapi, anehnya, gaun kalian indah dan kerudung lebih seksi daripada mode-mode ala barat, karena pakaian kalian membungkus aura misteri dan menunjukkan kesadaran dan kepercayaan diri.
Seksualitas perempuan dilindungi dari mata yang tidak layak, karena itu semua hanya boleh untuk orang yang begitu mencintai dan menghormati kalian, yang menikahi kalian. Dan karena laki-laki kalian adalah orang-orang jantan, mereka layak mendapatkan wanita yang lebih, tidak ada kekurangan dan terbaik, yaitu kalian.
Orang-orang diantara kami kini tidak lagi ingin bersih. Mereka tidak mengenali mutiara yang sangat berharga dalam diri mereka. Bukannya memilih tampilan yang anggun, mereka justru memilih mutiara yang palsu yang akan mereka campakkan pada suatu saat nanti.
Hal yang paling berharga bagi kalian adalah inner beauty (kecantikan dari dalam), Namun, saya melihat bahwa beberapa perempuan muslim bertindak secara gegabah dan mencoba segala cara untuk meniru barat, bahkan itu terjadi pada mereka yang memakai jilbab. Mengapa mereka meniru wanita-wanita yang menyesal karena martabat mereka yang hilang, atau mereka yang akan segera kehilangan itu semua? Yang tidak ada kompensasi atas semua penyesalan tersebut.
Kalian adalah berlian yang sempurna, jangan biarkan mereka menipu kalian dan mengubah kalian menjadi batu-batu. Semua yang kalian lihat di majalah mode Barat dan saluran TV, adalah dusta. Jaringan mereka adalah jaringan setan.
Saya akan membuka rahasia, kalau-kalau kalian penasaran: seks sebelum nikah begitu lumrah buat kami . Kami telah mempercayakan tubuh kami untuk laki-laki, di mana kami saling mencintai, percaya bahwa itu akan memaksa mereka untuk mencintai dan menikah dengan kami, sama seperti yang kami lihat di TV. Tetapi keyakinan keyakinan kami itu menjadi hal yang tidak menyenangkan! Ironis memang, kami hanya bisa membuang emosi kami. Hal tersebut membuat kami menangis.
Berbicara sebagai seorang wanita seorang wanita, saya pikir Kalian mengerti saya. Sebagai seorang wanita yang dapat benar-benar memahami apa yang ada dalam hati wanita lain.
Kami rasa semua benar-benar sama. Ras, agama atau kebangsaan tidak penting bagi kami. Hati wanita akan tetap sama di mana-mana. Kita semua ingin dicintai. Ini adalah yang kita rasakan sebagai hal terbaik. Kita dapat menghargai keluarga kita, menciptakan kenyamanan dan memberikan kekuatan kepada manusia-manusia yang kita cintai. Tapi kami perempuan Amerika telah tertipu, percaya bahwa kami akan bahagia, mempunyai karier, rumah sendiri, di mana seperti kalian dapat hidup sendiri, dan kebebasan untuk memberikan cinta kepada orang yang kami pilih.
Tapi ternyata apa yang kami dapat bukan kebebasan. Dan bukan pula cinta. Hanya di atas perkawinanlah, perempuan dapat damai penuh kasih sayang.
Kami diam-diam mengagumi dan iri hati pada kalian, walaupun beberapa dari kami tidak menyadari hal ini. Tolong, jangan kalian merendahkan kami dan tidak berpikir bahwa kami menikmati keadaan seperti itu. Ini bukan kesalahan kami. Sebagian besar dari kami tidak memiliki ayah yang seharusnya melindungi kami ketika kami masih muda karena keluarga kami sudah hancur. Kalian tahu siapa yang ada di balik konspirasi ini?
Jangan tertipu, saudara perempuanku. Jangan biarkan mereka memperlakukan hal itu pada Kalian. Tetaplah lugu dan murni. Kami wanita Kristen perlu melihat apa yang benar dalam kehidupan seorang wanita. Kami membutuhkan kalian untuk membantu sebagai tauladan buat kami, karena kami telah tersesat. Kami ingin kembali ke kemurnian yang kalian miliki.
Ingat: Kalian tidak dapat menekan pasta gigi untuk kembali ke dalam tabung. Jadi lindungilah kehormatan kalian! Dan saya berharap bahwa Kalian akan menerima saran ini, yang saya beritahukan kepada kalian, dalam semangat persahabatan, rasa hormat dan kagum.
Dari kakakmu-orang Kristen dengan penuh rasa cinta.
Joanna Francis - wartawan (USA)
Menurut mereka, Islam adalah satu-satunya alternatif untuk menyelamatkan diri. Tidak mengherankan kalau banyak perempuan barat berpindah ke agama Islam, setelah menyadari bahwa cara Islam menjaga kehormatan perempuan, meninggikan martabat dan penghormatan terhadap kemanusiaan mereka.
Kisah berpindahnya wanita barat ke dalam agama Islam sangat banyak. Dalam artikel ini adalah cuplikan dari surat penulis Kristen terkenal Joanna Francis, di mana ia bercerita tentang situasi dan keadaan tragis perempuan di barat, juga ungkapan terima kasihnya kepada perempuan Muslim. Kesaksian tersebut ia tuliskan dalam surat yang dikirimkan kepada orang-orang yang ia sebut sebagai "saudara Muslim".
Surat tersebut diterjemahkan dari situs: tribes.tribe.net, dan diterbitkan oleh beberapa situs Arab.
Joanna Francis menulis :
Surat kepada seorang perempuan muslim yang berpindah dari agama Kristen
Sejak awal ketika Zionis mendeklarasikan "perang melawan teror", dunia Islam adalah tema utama yang dibahas oleh setiap rumah di Amerika. Saya melihat pembantaian, kematian dan kehancuran yang terjadi di Lebanon. Selain itu, saya juga melihat sesuatu yang lain: Saya melihat kalian.
Saya tidak bisa tidak memperhatikan bahwa hampir setiap wanita yang saya lihat tersebut dalam keadaan menunggu kelahiran bayi atau selalu dikelilingi oleh anak-anak. Saya bisa melihat bahwa meskipun perempuan ini berpakaian sederhana, kecantikan mereka masih bersinar melalui pakaian yang mereka pakai. Tapi saya tidak hanya melihat keindahan tersebut dari luar. Saya juga merasakan sesuatu yang aneh dari cara berpakaian mereka, yaitu rasa iri dari dalam diri saya.
Saya tidak bisa tidak mengagumi martabat kalian, keindahan, kesopanan, dan semua itu memancarkan kebahagiaan dari diri kalian. Ya, ini aneh, tapi saya sadar, bahkan di bawah pemboman yang terus menerus, kalian masih tampak lebih bahagia daripada kami, karena kalian masih hidup di alam kehidupan perempuan. Perempuan yang hidup dari zaman dahulu kala, dari awal alam semesta. Di Barat, perempuan juga mengikuti pola hidup seperti ini pada tahun 60-an, ketika kita juga berada dalam peperangan. Tapi saat kami terlibat peperangan dengan amunisi yang tidak nyata, dengan penipuan yang licik dan pembusukan moral.
Orang-orang Amerika, bukan saja berperang dengan jet atau tank, tetapi juga dengan keberadaan Hollywood. Mereka ingin menembak kalian seperti saat dengan "amunisi yang sesungguhnya", setelah mereka menghancurkan infrastruktur lengkap negara kalian. Saya tidak ingin ini terjadi pada kalian. Kalian akan merasa terhina, sama seperti yang kami rasakan. Kalian dapat menghindari hal ini, jika kalian mendengarkan orang-orang dari kami yang telah menderita kerugian serius dari pengaruh merusak mereka.
Karena semua produksi di Hollywood, yang kalian lihat, adalah dusta, distorsi realitas, perdukunan. Mereka menyuarakan bahwa seks bebas tidak berbahaya karena mereka berusaha menghancurkan tatanan moral masyarakat, yang kemudian menyiarkan program-program beracun mereka.
Mereka akan mencoba merayu kalian dengan film dan klip yang menarik, yang salah satunya menggambarkan kami, orang Amerika, bahagia dan puas, bangga dengan pakaian yang nampak seperti perempuan murahan dan puas bahwa kita tidak memiliki keluarga. Sebagian besar dari kami tidak bahagia, percayalah.
Jutaan orang dari masyarakat kami sedang diobati dengan antidepresan, membenci pekerjaan mereka, dan menangis pada malam hari karena orang-orang yang mengatakan bahwa mereka mencintai kami, kemudian setelah mengeksploitasi kami kemudian membuang kami. Mereka ingin menghancurkan keluarga kalian dan meyakinkan kalian untuk memiliki lebih sedikit anak-anak. Mereka menyuarakan itu semua dengan menyajikan tipu muslihat yang menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu bentuk perbudakan, kutukan, terlalu sederhana dan kuno. Mereka ingin kalian mempermalukan diri kalian sendiri dan kehilangan iman. Mereka terdengar seperti Iblis dan kisah tipu muslihatnya kepada Hawa (istri Adam).
Saya percaya bahwa kalian seperti batu mulia, seperti emas murni. Beberapa dari kami telah ditipu dan diajak bertanya tentang nilai kemurnian kalian. Kesucian wanita yang sangat berharga mereka tanamkan pada pikiran kami bahwa itu semua murahan. Tapi percayalah, tidak ada yang dapat menggantikan kesempatan untuk melihat dalam cermin dan melihat kemurnian, keluguan dan harga diri, kecuali ketika melihat kalian.
Gaya ala barat dirancang untuk meyakinkan kalian bahwa hal yang paling berharga dari kalian adalah seksualitas. Tapi, anehnya, gaun kalian indah dan kerudung lebih seksi daripada mode-mode ala barat, karena pakaian kalian membungkus aura misteri dan menunjukkan kesadaran dan kepercayaan diri.
Seksualitas perempuan dilindungi dari mata yang tidak layak, karena itu semua hanya boleh untuk orang yang begitu mencintai dan menghormati kalian, yang menikahi kalian. Dan karena laki-laki kalian adalah orang-orang jantan, mereka layak mendapatkan wanita yang lebih, tidak ada kekurangan dan terbaik, yaitu kalian.
Orang-orang diantara kami kini tidak lagi ingin bersih. Mereka tidak mengenali mutiara yang sangat berharga dalam diri mereka. Bukannya memilih tampilan yang anggun, mereka justru memilih mutiara yang palsu yang akan mereka campakkan pada suatu saat nanti.
Hal yang paling berharga bagi kalian adalah inner beauty (kecantikan dari dalam), Namun, saya melihat bahwa beberapa perempuan muslim bertindak secara gegabah dan mencoba segala cara untuk meniru barat, bahkan itu terjadi pada mereka yang memakai jilbab. Mengapa mereka meniru wanita-wanita yang menyesal karena martabat mereka yang hilang, atau mereka yang akan segera kehilangan itu semua? Yang tidak ada kompensasi atas semua penyesalan tersebut.
Kalian adalah berlian yang sempurna, jangan biarkan mereka menipu kalian dan mengubah kalian menjadi batu-batu. Semua yang kalian lihat di majalah mode Barat dan saluran TV, adalah dusta. Jaringan mereka adalah jaringan setan.
Saya akan membuka rahasia, kalau-kalau kalian penasaran: seks sebelum nikah begitu lumrah buat kami . Kami telah mempercayakan tubuh kami untuk laki-laki, di mana kami saling mencintai, percaya bahwa itu akan memaksa mereka untuk mencintai dan menikah dengan kami, sama seperti yang kami lihat di TV. Tetapi keyakinan keyakinan kami itu menjadi hal yang tidak menyenangkan! Ironis memang, kami hanya bisa membuang emosi kami. Hal tersebut membuat kami menangis.
Berbicara sebagai seorang wanita seorang wanita, saya pikir Kalian mengerti saya. Sebagai seorang wanita yang dapat benar-benar memahami apa yang ada dalam hati wanita lain.
Kami rasa semua benar-benar sama. Ras, agama atau kebangsaan tidak penting bagi kami. Hati wanita akan tetap sama di mana-mana. Kita semua ingin dicintai. Ini adalah yang kita rasakan sebagai hal terbaik. Kita dapat menghargai keluarga kita, menciptakan kenyamanan dan memberikan kekuatan kepada manusia-manusia yang kita cintai. Tapi kami perempuan Amerika telah tertipu, percaya bahwa kami akan bahagia, mempunyai karier, rumah sendiri, di mana seperti kalian dapat hidup sendiri, dan kebebasan untuk memberikan cinta kepada orang yang kami pilih.
Tapi ternyata apa yang kami dapat bukan kebebasan. Dan bukan pula cinta. Hanya di atas perkawinanlah, perempuan dapat damai penuh kasih sayang.
Kami diam-diam mengagumi dan iri hati pada kalian, walaupun beberapa dari kami tidak menyadari hal ini. Tolong, jangan kalian merendahkan kami dan tidak berpikir bahwa kami menikmati keadaan seperti itu. Ini bukan kesalahan kami. Sebagian besar dari kami tidak memiliki ayah yang seharusnya melindungi kami ketika kami masih muda karena keluarga kami sudah hancur. Kalian tahu siapa yang ada di balik konspirasi ini?
Jangan tertipu, saudara perempuanku. Jangan biarkan mereka memperlakukan hal itu pada Kalian. Tetaplah lugu dan murni. Kami wanita Kristen perlu melihat apa yang benar dalam kehidupan seorang wanita. Kami membutuhkan kalian untuk membantu sebagai tauladan buat kami, karena kami telah tersesat. Kami ingin kembali ke kemurnian yang kalian miliki.
Ingat: Kalian tidak dapat menekan pasta gigi untuk kembali ke dalam tabung. Jadi lindungilah kehormatan kalian! Dan saya berharap bahwa Kalian akan menerima saran ini, yang saya beritahukan kepada kalian, dalam semangat persahabatan, rasa hormat dan kagum.
Dari kakakmu-orang Kristen dengan penuh rasa cinta.
Joanna Francis - wartawan (USA)
kisah gaza
Kisah-Kisah Keajaiban Perang di Gaza, Palestina
Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan. Walaupun panjangtapi insya Allah bermanfaat...
Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
___________________________________________
*Suara Tak Bersumber*
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.
____________________________________________________
*Saksi Serdadu Israel*
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
_______________________________________________
*Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh*
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
______________________________________________
*Merpati dan Anjing*
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.
_____________________________________________
*Kabut pun Ikut Membantu*
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009).
Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
________________________________________________
*Selamat Dengan al-Qur’an*
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).
___________________________________________________
*Harum Jasad Para Syuhada*
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”
_______________________________________________
*Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir*
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
________________________________________________
*Terbunuh 1.000, Lahir 3.000*
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.
Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan. Walaupun panjangtapi insya Allah bermanfaat...
Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
___________________________________________
*Suara Tak Bersumber*
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.
____________________________________________________
*Saksi Serdadu Israel*
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
_______________________________________________
*Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh*
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
______________________________________________
*Merpati dan Anjing*
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.
_____________________________________________
*Kabut pun Ikut Membantu*
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009).
Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
________________________________________________
*Selamat Dengan al-Qur’an*
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).
___________________________________________________
*Harum Jasad Para Syuhada*
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”
_______________________________________________
*Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir*
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
________________________________________________
*Terbunuh 1.000, Lahir 3.000*
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.
gadis yg sholihah
Gadis Kecil Yang Sholihah..... [SubhanALLOH, Ukhti, baca yah....]
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya. Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."
Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."
Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.
PAda suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.
Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."
Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan kelurlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya. Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."
Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."
Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.
PAda suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.
Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."
Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan kelurlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.
jawaban anak dari ibunya
20Jawaban anak atas surat dari ibunya..
Kepada yang tercinta bundaku tersayang…
Segala puji bagi Alloh yang telah memuliakan kedudukan orang tua, dan menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi yang mulia, keluarga serta para Sahabatnya hingga hari kiamat, aamiin…
Ibu…
Aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, aku telah membacanya, semuanya, tidak ada satu huruf pun yang tersisa…
Tapi tahukah engkau ibu, aku membacanya semenjak selepas sholat isya, aku tutup pintu kamar, aku buka surat yang engkau tuliskan untukku, dan baru aku selesaikan mebacanya setelah ayam berkokok, setelah fajar telah terbit, dan adzan pertama telah dikumandangkan…
Sebenarnya lah surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruh di atas batu tentu dia akan pecah, jika engkau letakkan di atas daun yang hijau tentu ia akan kering…
Sebenarnya lah surat yang engkau tulis tersebut tidak akan tertelan oleh rayap dan tidak akan termakan oleh waktu…
Sebenarnya lah wahai ibu bahwa suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan yang jika dipecutkan ke pohon yang besar dia akan rebah, dan terbakar…
Suratmu wahai ibu bagaikan awan kaum tsamud yang datang berarak, yang telah siap dimuntahkan kepadaku…
Ibu…
Aku telah baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti…
Bagaimana tidak, jika surat itu ditulis oleh seorang yang bukan ibu dan bukan pula ditujukan kepadaku, layaklah orang yang paling bebal untuk menangis sejadi-jadinya…
Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah ibuku sendiri, yaitu engkau, dan surat itu ditujukan untukku sendiri…
Sungguh, aku sering membaca kisah sedih, tidak terasa bantal yang menjadi tempat bersandar telah basah karena air mata…
Bagaimana pula dengan surat yang ibu tulis itu, bukan cerita yang ibu karang, atau sebuah drama yang ibu perankan, akan tetapi dia adalah kenyataan hidup yang ibu rasakan…
Ibuku yang ku sayangi…
Sungguh berat cobaanmu, sungguh malang penderitaanmu, semua yang ibu sebutkan benar adanya…
Aku masih ingat saat engkau ditinggalkan ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku, ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja…
Jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak di sekitar rumah dari dedauan dan tumbuhan…
Dengan langkah berat engkau berjalan ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual, bahwa apa yang engkau ambil tersebut adalah hutang, yang engkau sendiri tidak tahu kapan engkau akan melunasinya…
Ibu…
Aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah engkau jemur dan engkau keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku setelah sepulang sekolah, tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera…
Atau aku masih ingat engkau sengaja ambilkan air mendidih dari nasi yang sedang dimasak, ketika aku sedang dalam keadaan sakit demam…
Ibu…
Maafkanlah anakmu ini…
Aku tahu bahwa semenjak engkau gadis, sebagaimana yang diceritakan oleh nenek, sampai engkau telah tua seperti sekarang ini, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan…
Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupan mu hanya dengan anak-anakmu…
Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia, kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu, selain dari itu tidak ada kebahagiaan…
Semua hidupmu adalah perjuangan, semua hari-harimu adalah pengorbanan…
Ibu…
Maafkanlah anakmu ini…
Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang telah engkau sanjung suku dan negerinya, semenjak itu pula seakan-akan aku lupa denganmu wahai ibu…
Keberadaan dia sebagai istriku telah melupakan posisi engkau sebagai ibuku…
Senyuman serta sapaannya telah melupakanku dengan himbauanmu…
Ibu…
Aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, tidak, karena kewajibannya untuk menunaikan tanggungjawabnya sebagai istri…
Aku berharap dalam permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya, dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya…
Karena selama ini di mataku dia adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya, istri yang selalu untuk menyuruh berbuat taat dan berbakti kepada orang tua…
Ibu…
Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah dia telah mendapatkan permaian baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan…
Maafkan aku ibu, aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku, anakmu ini…
Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yang aku alami, perubahan suasana yang telah engkau dan aku berpisah, tidak satu atap lagi…
Ibu…
Perkawinanku membuatku masuk ke alam dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah aku kenal, dunia yang hanya ada aku, istri, dan anak-anakku…
Bagaimana tidak, istri yang baik, anak-anak yang lucu, maafkan aku ibu, maafkan aku anakmu…
Aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dengan keadaan orang yang oenting bagiku, aku tidak peduli…
Yang penting bagiku adalah kedaan mereka, anak-anak dan istriku…
Ibu, maafkan aku anakmu…
Ampunkan aku anakmu…
Aku telah lalai, aku telah lupa, aku menyia-nyiakanmu…
Aku pernah mendengar kajian bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, akan tetapi anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya…
Oleh sebab itu dilarang mencintai anak secara berlebihan, sebagaimana anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tua…
Itulah yang terjadi pada diriku, anakmu…
Aku pasti akan gila jika melihat anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare, tapi itu sulit aku rasakan jika hal itu terjadi padamu wahai ibu…
Ibu…
Sulit aku merasakan perasaanmu, sulit, kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah engkau ajarkan kepadaku, tentu, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang durhaka pada orang tuanya…
Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua…
Setelah suratmu datang aku baru mengerti, baru aku mengerti…
Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti permasalahan berat yang engkau hadapi selama ini, sekarang baru aku mengerti wahai ibu, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu adalah hari di mana anak laki-lakinya telah menikah dengan seorang wanita…
Wanita yang telah mendapat keberuntungan, bagaimana tidak, dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadinya dan telah mapan ekonominya, dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya, dari hidup ibu itulah dia dapatkan kematangan jiwa dan dari uang ibu itu pula dia dapatkan kematangan ekonomi…
Sekarang dengan ikhlash dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungan dengannya, kecuali hubungan dua orang wanita yang saling berebut perhatian seorang laki-laki, dia sebagai anak dari ibunya, dan sebagai suami bagi istrinya…
Ibuku sayang…
Maafkan aku…
Ampunkan diriku…
Satu tetes air matamu adalah lautan api neraka bagiku…
Janganlah engkau menangis lagi, janganlah engkau berduka lagi, karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka…
Aku takut ibu, takut, kalau akan itu pula yang aku peroleh, kalau neraka pula yang aku dapatkan…
Izinkan aku membuang semua kebahagianku selama ini, demi hanya untuk menyeka air matamu…
Kalau akan pula engkau murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa semua yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau mau berbuat apa…
Sungguh ibu dari hati aku katakan, aku tidak mau masuk neraka, sekalipun aku memiliki kekuasaan fir’aun, dan kekayaan qorun, dan keahlian haman, niscaya tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat…
Siapa pula yang tahan dengan adzab neraka wahai bunda…
Siapa pula yang tahan dengan adzab neraka wahai bunda…
Maafkan aku…
Maafkan aku anakmu wahai ibu…
Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduanmu kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit, bahwa engkau belum lagi mau berdoa kepada Alloh akan kedurhakaanku, maka ampun wahai ibu…
Kalaulah itu yang terjadi, doa itu tersampaikan ke langit, salah pula ucap lisanmu, apalah jadinya nanti diriku, apalah jadinya nanti diriku…
Tentu aku akan menjadi tunggul yang tumbang disambar petir…
Apalah gunanya kemegahan sekiranya engaku doakan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak akan berakar ke bumi dan dahanya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya di makan kumbang pula…
Kalaulah doamu terucap atasku wahai bunda, maka tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan…
Ibu…
Dalam sepanjang sejarah anak manusia yang kubaca, maka tidak ada anak yang berbahagia setelah kena kutuk orang tuanya, itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasibnya di akhirat, tentu ia lebih sengsara…
Ibu…
Setelah membaca suratmu baru aku menyadari kekhilafanku, kealfaan, dan kelalaianku…
Ibu…
Pastilah suratmu akan aku jadikan pegangan dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan kubaca ulang kembali, setiap kali aku lengah darimu akan aku talqinkan diriku dengannya, akan ku simpan dalam lubuk hatiku, sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku, akan aku sampaikan kepada anak keturunanku, bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai dari berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka pernah berbuat salah sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk…
Bunda…
Engkau berbicara tentang tua wahai bunda…
Siapa yang tidak mengalami ketuanan wahai ibu…
Burung elang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di temapat yang tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung-burung kecil…
Singa, si raja hutan, yang selalu memangsa, jika telah tiba tua, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan…
Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk, yang akan dipertanggungjawabkan…
Ibu…
Doakan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu di masa di mana banyak anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya…
Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku peroleh kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat…
Ibu…
Sesampainya surat ku ini, insya Alloh tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena ulah anakmu, setelah ini tidak akan ada lagi kejauhan antara aku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, senyumanmu adalah senyumanku, tangismu adalah tangisku…
Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamnya, dan aku berharap agar aku dapat membahagiakanmu selama mataku masih bisa berkedip…
Maka bahagiakanlah dirimu, bahagiakanlah dirimu, buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum…
Ini kami, aku, istri, dan anak-anakku sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu, salam hangat dari anakmu yang durhaka…
Wallohu ta’ala a’lam…
(Dari VCD Kutitip surat ini untukmu, terbitan Radio Rodja (www.radiorodja.com) oleh Ustadz Armen Halim Naro Rohimahulloh, dengan perubahan)
Kepada yang tercinta bundaku tersayang…
Segala puji bagi Alloh yang telah memuliakan kedudukan orang tua, dan menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi yang mulia, keluarga serta para Sahabatnya hingga hari kiamat, aamiin…
Ibu…
Aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, aku telah membacanya, semuanya, tidak ada satu huruf pun yang tersisa…
Tapi tahukah engkau ibu, aku membacanya semenjak selepas sholat isya, aku tutup pintu kamar, aku buka surat yang engkau tuliskan untukku, dan baru aku selesaikan mebacanya setelah ayam berkokok, setelah fajar telah terbit, dan adzan pertama telah dikumandangkan…
Sebenarnya lah surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruh di atas batu tentu dia akan pecah, jika engkau letakkan di atas daun yang hijau tentu ia akan kering…
Sebenarnya lah surat yang engkau tulis tersebut tidak akan tertelan oleh rayap dan tidak akan termakan oleh waktu…
Sebenarnya lah wahai ibu bahwa suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan yang jika dipecutkan ke pohon yang besar dia akan rebah, dan terbakar…
Suratmu wahai ibu bagaikan awan kaum tsamud yang datang berarak, yang telah siap dimuntahkan kepadaku…
Ibu…
Aku telah baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti…
Bagaimana tidak, jika surat itu ditulis oleh seorang yang bukan ibu dan bukan pula ditujukan kepadaku, layaklah orang yang paling bebal untuk menangis sejadi-jadinya…
Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah ibuku sendiri, yaitu engkau, dan surat itu ditujukan untukku sendiri…
Sungguh, aku sering membaca kisah sedih, tidak terasa bantal yang menjadi tempat bersandar telah basah karena air mata…
Bagaimana pula dengan surat yang ibu tulis itu, bukan cerita yang ibu karang, atau sebuah drama yang ibu perankan, akan tetapi dia adalah kenyataan hidup yang ibu rasakan…
Ibuku yang ku sayangi…
Sungguh berat cobaanmu, sungguh malang penderitaanmu, semua yang ibu sebutkan benar adanya…
Aku masih ingat saat engkau ditinggalkan ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku, ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja…
Jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak di sekitar rumah dari dedauan dan tumbuhan…
Dengan langkah berat engkau berjalan ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual, bahwa apa yang engkau ambil tersebut adalah hutang, yang engkau sendiri tidak tahu kapan engkau akan melunasinya…
Ibu…
Aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah engkau jemur dan engkau keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku setelah sepulang sekolah, tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera…
Atau aku masih ingat engkau sengaja ambilkan air mendidih dari nasi yang sedang dimasak, ketika aku sedang dalam keadaan sakit demam…
Ibu…
Maafkanlah anakmu ini…
Aku tahu bahwa semenjak engkau gadis, sebagaimana yang diceritakan oleh nenek, sampai engkau telah tua seperti sekarang ini, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan…
Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupan mu hanya dengan anak-anakmu…
Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia, kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu, selain dari itu tidak ada kebahagiaan…
Semua hidupmu adalah perjuangan, semua hari-harimu adalah pengorbanan…
Ibu…
Maafkanlah anakmu ini…
Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang telah engkau sanjung suku dan negerinya, semenjak itu pula seakan-akan aku lupa denganmu wahai ibu…
Keberadaan dia sebagai istriku telah melupakan posisi engkau sebagai ibuku…
Senyuman serta sapaannya telah melupakanku dengan himbauanmu…
Ibu…
Aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, tidak, karena kewajibannya untuk menunaikan tanggungjawabnya sebagai istri…
Aku berharap dalam permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya, dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya…
Karena selama ini di mataku dia adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya, istri yang selalu untuk menyuruh berbuat taat dan berbakti kepada orang tua…
Ibu…
Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah dia telah mendapatkan permaian baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan…
Maafkan aku ibu, aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku, anakmu ini…
Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yang aku alami, perubahan suasana yang telah engkau dan aku berpisah, tidak satu atap lagi…
Ibu…
Perkawinanku membuatku masuk ke alam dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah aku kenal, dunia yang hanya ada aku, istri, dan anak-anakku…
Bagaimana tidak, istri yang baik, anak-anak yang lucu, maafkan aku ibu, maafkan aku anakmu…
Aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dengan keadaan orang yang oenting bagiku, aku tidak peduli…
Yang penting bagiku adalah kedaan mereka, anak-anak dan istriku…
Ibu, maafkan aku anakmu…
Ampunkan aku anakmu…
Aku telah lalai, aku telah lupa, aku menyia-nyiakanmu…
Aku pernah mendengar kajian bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, akan tetapi anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya…
Oleh sebab itu dilarang mencintai anak secara berlebihan, sebagaimana anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tua…
Itulah yang terjadi pada diriku, anakmu…
Aku pasti akan gila jika melihat anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare, tapi itu sulit aku rasakan jika hal itu terjadi padamu wahai ibu…
Ibu…
Sulit aku merasakan perasaanmu, sulit, kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah engkau ajarkan kepadaku, tentu, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang durhaka pada orang tuanya…
Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua…
Setelah suratmu datang aku baru mengerti, baru aku mengerti…
Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti permasalahan berat yang engkau hadapi selama ini, sekarang baru aku mengerti wahai ibu, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu adalah hari di mana anak laki-lakinya telah menikah dengan seorang wanita…
Wanita yang telah mendapat keberuntungan, bagaimana tidak, dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadinya dan telah mapan ekonominya, dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya, dari hidup ibu itulah dia dapatkan kematangan jiwa dan dari uang ibu itu pula dia dapatkan kematangan ekonomi…
Sekarang dengan ikhlash dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungan dengannya, kecuali hubungan dua orang wanita yang saling berebut perhatian seorang laki-laki, dia sebagai anak dari ibunya, dan sebagai suami bagi istrinya…
Ibuku sayang…
Maafkan aku…
Ampunkan diriku…
Satu tetes air matamu adalah lautan api neraka bagiku…
Janganlah engkau menangis lagi, janganlah engkau berduka lagi, karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka…
Aku takut ibu, takut, kalau akan itu pula yang aku peroleh, kalau neraka pula yang aku dapatkan…
Izinkan aku membuang semua kebahagianku selama ini, demi hanya untuk menyeka air matamu…
Kalau akan pula engkau murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa semua yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau mau berbuat apa…
Sungguh ibu dari hati aku katakan, aku tidak mau masuk neraka, sekalipun aku memiliki kekuasaan fir’aun, dan kekayaan qorun, dan keahlian haman, niscaya tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat…
Siapa pula yang tahan dengan adzab neraka wahai bunda…
Siapa pula yang tahan dengan adzab neraka wahai bunda…
Maafkan aku…
Maafkan aku anakmu wahai ibu…
Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduanmu kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit, bahwa engkau belum lagi mau berdoa kepada Alloh akan kedurhakaanku, maka ampun wahai ibu…
Kalaulah itu yang terjadi, doa itu tersampaikan ke langit, salah pula ucap lisanmu, apalah jadinya nanti diriku, apalah jadinya nanti diriku…
Tentu aku akan menjadi tunggul yang tumbang disambar petir…
Apalah gunanya kemegahan sekiranya engaku doakan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak akan berakar ke bumi dan dahanya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya di makan kumbang pula…
Kalaulah doamu terucap atasku wahai bunda, maka tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan…
Ibu…
Dalam sepanjang sejarah anak manusia yang kubaca, maka tidak ada anak yang berbahagia setelah kena kutuk orang tuanya, itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasibnya di akhirat, tentu ia lebih sengsara…
Ibu…
Setelah membaca suratmu baru aku menyadari kekhilafanku, kealfaan, dan kelalaianku…
Ibu…
Pastilah suratmu akan aku jadikan pegangan dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan kubaca ulang kembali, setiap kali aku lengah darimu akan aku talqinkan diriku dengannya, akan ku simpan dalam lubuk hatiku, sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku, akan aku sampaikan kepada anak keturunanku, bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai dari berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka pernah berbuat salah sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk…
Bunda…
Engkau berbicara tentang tua wahai bunda…
Siapa yang tidak mengalami ketuanan wahai ibu…
Burung elang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di temapat yang tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung-burung kecil…
Singa, si raja hutan, yang selalu memangsa, jika telah tiba tua, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan…
Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk, yang akan dipertanggungjawabkan…
Ibu…
Doakan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu di masa di mana banyak anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya…
Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku peroleh kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat…
Ibu…
Sesampainya surat ku ini, insya Alloh tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena ulah anakmu, setelah ini tidak akan ada lagi kejauhan antara aku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, senyumanmu adalah senyumanku, tangismu adalah tangisku…
Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamnya, dan aku berharap agar aku dapat membahagiakanmu selama mataku masih bisa berkedip…
Maka bahagiakanlah dirimu, bahagiakanlah dirimu, buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum…
Ini kami, aku, istri, dan anak-anakku sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu, salam hangat dari anakmu yang durhaka…
Wallohu ta’ala a’lam…
(Dari VCD Kutitip surat ini untukmu, terbitan Radio Rodja (www.radiorodja.com) oleh Ustadz Armen Halim Naro Rohimahulloh, dengan perubahan)
budak sibawaih
Dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki hendak menemui Sibawaih bermaksud ingin menandinginya dalam ilmu Nahwu. Ternyata Sibawaih sedang tidak berada di rumah. Lalu budak perempuan Sibawaih keluar menemui lelaki tersebut. Kemudian ia berkata kepada budak itu, "Di mana tuanmu, wahai budak?" Budak perempuan itu pun menjawab:
فاء إلى الفيء ف...إن فاء الفيء فاء
"(Tuan) pergi ke suatu tempat (berteduh), jika bayangan sudah pergi (maksudnya jika matahari berada di atas kepala -pen) maka dia (akan) kembali."
Mendengar tuturan seperti itu, lelaki itu pun berkata:
والله إن كانت هذه الجارية فماذا يكون سيدها
"Demi Allah, jika budaknya saja begini, bagaimana pula dengan tuannya?!"
Lalu dia pun kembali (tidak jadi menantang -pen)
(Ditulis ulang dari majalah "Al-Hisbah", No. 98, hal. 81)
Faidah yang dapat dipetik dari kisah tersebut:
1. Budak saja pintar Nahwu, kenapa kita yang merdeka malas bahkan tidak mau belajar Nahwu? Tidak ada kata terlambat! pelajarilah....meskipun rambut sudah mulai memutih.
2. Kisah di atas menunjukkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sarat makna. Perhatikanlah, bagaimana sang budak merangkai kalimat hanya dengan menggunakan satu sumber kata saja, yaitu الفيء (bagi bashriyyun dan yang sependapat dengan mereka) atau فاء (bagi kufiyyun dan yang sependapat dengan mereka).
3. Budak yang seperti ini termasuk yang diberi taufik oleh Allah, sehingga bisa beristifadah (mengambil manfaat) dari tuannya dari sisi ilmu. Sangatlah disayangkan -khususnya bagi para penuntut ilmu yang langsung meneguk ilmu dari sumbernya- tidak beristifadah dari para syaikh dan 'alim yang berada di dekatnya, baik dari segi akhlak maupun ilmu. Wallaahul Muwaffiq.
4. Bahasa itu bukan monopoli orang-orang di kelas tertentu saja. Siapapun bisa menguasainya. Bahasa arab bukan monopoli orang-orang arab saja. Orang non-arab sekalipun tidak mustahil bisa menjadi ahli dalam bidang ini. Sungguh Sibawaih dan budaknya menjadi perumpamaan pada poin ini. Sibawaih bukan orang arab, namun dia adalah salah satu pakar tersohor dalam bahasa arab -bahkan menjadi rujukan utama-. Budaknya -yang jelas-jelas budak- walaupun di tengah-tengah kesibukan sebagai budak, namun tidak menghalanginya untuk berbahasa arab dengan sangat apik. Anehnya malah orang arab sendiri -kebanyakan- yang meninggalkan bahasa arab. Mereka lebih cenderung menggunakan bahasa 'pasaran' yang kebanyakannya menghilangkan/memangkas -bahkan mengganti/menukar- kaidah dalam bahasa arab. Semoga Allah memberi petunjuk dan taufik-Nya kepada kita semua untuk bisa belajar dan menerapkan bahasa arab dalam kehidupan kita.
Abu Yazid Nurdin (dengan sedikit tambahan dari Ummu Yazîd Fä)
فاء إلى الفيء ف...إن فاء الفيء فاء
"(Tuan) pergi ke suatu tempat (berteduh), jika bayangan sudah pergi (maksudnya jika matahari berada di atas kepala -pen) maka dia (akan) kembali."
Mendengar tuturan seperti itu, lelaki itu pun berkata:
والله إن كانت هذه الجارية فماذا يكون سيدها
"Demi Allah, jika budaknya saja begini, bagaimana pula dengan tuannya?!"
Lalu dia pun kembali (tidak jadi menantang -pen)
(Ditulis ulang dari majalah "Al-Hisbah", No. 98, hal. 81)
Faidah yang dapat dipetik dari kisah tersebut:
1. Budak saja pintar Nahwu, kenapa kita yang merdeka malas bahkan tidak mau belajar Nahwu? Tidak ada kata terlambat! pelajarilah....meskipun rambut sudah mulai memutih.
2. Kisah di atas menunjukkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sarat makna. Perhatikanlah, bagaimana sang budak merangkai kalimat hanya dengan menggunakan satu sumber kata saja, yaitu الفيء (bagi bashriyyun dan yang sependapat dengan mereka) atau فاء (bagi kufiyyun dan yang sependapat dengan mereka).
3. Budak yang seperti ini termasuk yang diberi taufik oleh Allah, sehingga bisa beristifadah (mengambil manfaat) dari tuannya dari sisi ilmu. Sangatlah disayangkan -khususnya bagi para penuntut ilmu yang langsung meneguk ilmu dari sumbernya- tidak beristifadah dari para syaikh dan 'alim yang berada di dekatnya, baik dari segi akhlak maupun ilmu. Wallaahul Muwaffiq.
4. Bahasa itu bukan monopoli orang-orang di kelas tertentu saja. Siapapun bisa menguasainya. Bahasa arab bukan monopoli orang-orang arab saja. Orang non-arab sekalipun tidak mustahil bisa menjadi ahli dalam bidang ini. Sungguh Sibawaih dan budaknya menjadi perumpamaan pada poin ini. Sibawaih bukan orang arab, namun dia adalah salah satu pakar tersohor dalam bahasa arab -bahkan menjadi rujukan utama-. Budaknya -yang jelas-jelas budak- walaupun di tengah-tengah kesibukan sebagai budak, namun tidak menghalanginya untuk berbahasa arab dengan sangat apik. Anehnya malah orang arab sendiri -kebanyakan- yang meninggalkan bahasa arab. Mereka lebih cenderung menggunakan bahasa 'pasaran' yang kebanyakannya menghilangkan/memangkas -bahkan mengganti/menukar- kaidah dalam bahasa arab. Semoga Allah memberi petunjuk dan taufik-Nya kepada kita semua untuk bisa belajar dan menerapkan bahasa arab dalam kehidupan kita.
Abu Yazid Nurdin (dengan sedikit tambahan dari Ummu Yazîd Fä)
kisah laura
Kutemukan Islam Berawal dari Liburan
Kisah muallaf Laura (Aishah) Andrés Gougeon Rossi dari Goiania, Goais, Brazil
Semuanya dimulai dengan sebuah perjalanan yang tak bersalah ke Foz do Iguacu (Parana, Brazil) pada bulan Januari 2005. Orang tua saya tidak begitu bersemangat melakukan perjalanan ke kota ini, karena mereka berpikir bahwa tidak ada yang menarik selain air terjun. J...adi, selama di kota, saya mulai mencari lokasi wisata selain Air Terjun Iguacu lewat Internet. Kemudian saya menemukan bahwa ada juga safari perjalanan dan belanja, perjalanan ke sebuah Candi Budha dan Masjid. Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi.
Saya senang ada candi Budha dan masjid di sana, aku selalu menyukai segala sesuatu yang berbeda dan mengetahui budaya yang berbeda. Selain itu, saya selalu mencari kenyamanan untuk sisi spiritual saya dan saya belum menemukan apa-apa sampai saat itu.
Setibanya di Foz do Iguacu, hal yang berbeda pertama dilihat (setidaknya bagi saya) adalah banyak wanita mengenakan selendang (sekarang saya tahu bahwa ini adalah hijabs!). Di daerah saya tinggal, saya belum pernah melihat orang yang mengenakan sesuatu yang seperti itu! Di setiap tempat, saya melihat mereka ada di sana! Dan saya pikir mereka begitu indah, feminin, dan pada saat yang sama, mereka menunjukkan rasa hormat, martabat, serta kerendahan hati! Tapi, saya akan menjadi pembohong jika saya mengatakan bahwa saya tahu MENGAPA mereka mengenakan kain di kepalanya. Saya pikir (yang telah didominasi oleh media massa barat), mereka hanya bangsa Arab dan tidak lebih.
Selama perjalanan, saya selalu mengatakan kepada orang tua saya untuk pergi ke candi dan masjid. Ide pertamanya adalah untuk mengetahui lebih lanjut tentang Buddhisme dan hanya untuk mengambil beberapa gambar di masjid. Saya selalu menganggap bahwa agama Buddha adalah filsafat yang mengajarkan kita untuk menjadi rendah hati dan sederhana, tidak menunjukkan kesombongan, kekayaan dan untuk tidak menjadi budak materi.
aku tidak pernah menerima penyembahan kepada berhala dan patung-patung yang dibuat oleh manusia!
Pada hari hujan, kami pergi ke kuil. Rantai kekecewaan saya muncul sejak ketika kami baru tiba di sana … Secara pribadi, saya tidak pernah menyukai gambar dan berhala … Di pintu masuk ada seorang Buddha setinggi 3m! Ada banyak patung, gambar dll, saya tidak tahu apa manfaatnya. Jadi, hanya karena saya sangat ingin tahu, saya mulai mencari orang yang bisa menjelaskan sedikit kepada saya. Satu-satunya orang yang saya temukan adalah orang Korea yang sama sekali tidak bisa berbicara apa-apa dalam bahasa Portugis. Sementara itu, keluarga lain yang juga penasaran tiba. Karena hujan lebat dan semua orang ingin tahu lebih banyak tentang kuil, orang Korea ini membawa kami ke lantai kedua, dimana mereka melakukan ritualnya. Ada empat Buddha besar di ruangan besar, semuanya dicat warna emas: yang pertama adalah yang paling sederhana dan yang keempat adalah yang paling mengesankan, memiliki sebuah mahkota dan kayu cedar. Di depan setiap Buddha ada buah-buahan dan biji-bijian sereal, mungkin sebagai persembahan. Dan di ruangan ini ada juga beberapa patung naga dan hal-hal aneh seperti itu. Orang Korea itu sendiri banyak membungkuk sebelum menutup pintu. Kami tidak bisa melewati garis pintu, hanya bisa melihat dari luar. Semua yang saya lihat saat ini menjijikkan! Membungkuk untuk patung? Untuk sesuatu yang tidak dapat melakukan apapun buat kita dan bahkan untuk dirinya sendiri? Dan persembahan itu untuk siapa? Untuk sebuah patung yang tidak ada manfaatnya? Dan semua “emas” serta kesombongan! Aku tidak percaya itu! Lalu aku sadar bahwa aku tidak akan seperti Buddhisme atau sesuatu yang berhubungan dengan itu … aku tidak pernah menerima penyembahan kepada berhala dan patung-patung yang dibuat oleh manusia! Aku benci semua yang saya lihat di kuil tersebut. Aku pergi dengan perasaan penuh kecewaan.
Kemudian setelah dari kuil, keluarga saya memutuskan untuk pergi ke masjid, agar kami bisa melihat banyak hal pada hari itu. Tapi ketika kami tiba di sana kami tidak bisa mengunjunginya, karena mereka sedang melakukan ibadah berdoa (shalat). Jadi kita akan kembali lagi pada hari lain.
Kami kembali mengunjungi masjid pada hari terakhir perjalanan, tepat sebelum perjalanan pulang ke kotaku. Saati itu masih pagi dan masjid kosong! Hanya ada beberapa orang yang sedang membersihkan tempat itu dan mereka bukanlah muslim. Tapi mereka sangat bersedia menunjukkan masjid kepada kami. Seorang wanita meminta saya, adik saya dan ibu saya untuk mengenakan selendang panjang yang ia berikan sebelum masuk. Ketika saya masuk, saya mulai tertarik dengan segala sesuatu yang saya lihat. Selama hidup saya yang masih singkat ini, semua bangunan keagamaan yang telah saya datangi, pada awalnya saya akan mencari “apa” yang mereka muliakan: patung Buddha, Yesus, orang-orang kudus, symbol, nama-nama yang tertulis di depan bangunan. Tapi saya tidak menemukan petunjuk (di masjid)! Di dalam masjid hanya ada karpet, mimbar, dan rak buku di sudut. Dimana berhala, nama-nama dan symbol!!!??? Hanya ada beberapa tulisan Arab digantung di dinding, tak lebih! Rasa ingin tahu saya memuncak! Apa yang membuat tempat ini begitu berbeda? Karena pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan lainnya memenuhi pikiran saya, maka saya memutuskan untuk mengetahui lebih banyak tentang kepercayaan ini (Islam). Ada beberapa brosur yang berbeda-beda pada rak buku di sudut ruangan. Saya mengambil satu dari masing-masing tema Islam yang berbeda (pilar Islam, wanita, Tuhan, nabi, peraturan, hak dan kewajiban, dll). Saya membaca semuanya selama perjalanan dan saya semakin terpesona dengan agama ini setiap kali saya selesai membaca satu brosur!
Setiap kali saya mengetahui lebih banyak tentang agama, kedamaian semakin memenuhi saya, beralasan dan masuk akal!
Ketika kami sampai di rumah, saya mulai mencari lebih banyak informasi tentang Islam! Saya menulis surat buat lembaga-lembaga keislaman di negara saya dan salah seorang syaikh dari Rio de Janeiro (saya sangat berterima kasih pada beliau) begitu banyak membantu saya. Beliau mengirimi saya banyak buku, menjawab semua keraguan saya dan begitu sabar menghadapi saya. Jadi, dalam waktu sekitar satu bulan lamanya semua yang saya lakukan adalah mempelajari Islam lebih banyak dan lebih banyak lagi! Setiap kali saya mengetahui lebih banyak tentang agama, kedamaian semakin memenuhi saya, beralasan dan masuk akal! Islam memiliki semua jawaban yang masuk akal bagi pertanyaan saya (sisi rohani dan duniawi)!
Semua yang saya cari selama hidup saya, saya temukan pada Agama Islam! Saya mulai merasa yakin pada agama dan semua perasaan yang kuat muncul dalam diri saya!
Setelah satu bulan (atau kurang) sejak mulai belajar, saya mengucap Syahadat (pengakuan iman) dengan syaikh tersebut (melalui audio di internet –sangat modern, bukan?) Dan hari ini [13 April 2006 -shalihah], setelah lebih dari satu tahun, saya merasa bangga menjadi wanita muslimah dan merasa aman dengan keyakinan saya bahwa Allah Ta’ala membimbing saya pada jalan lurus-Nya! Allah menemukan saya dalam keadaan sesat lalu Dia membimbing saya! Subhana rabbil-‘alaa (Maha suci Allah lagi Maha tinggi)! Saya mulai memakai jilbab tak lama setelah Syahadat, Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)!
Sejak saya mengenal Islam, saya merasakan kasih sayang Allah Ta’ala, cinta dan takut kepada-Nya yang blum pernah saya lakukan sebelumnya! Semua tindakan yang terbaik, doa terbaik, dan semua pujian hanyalah untuk Allah, yang Maha tinggi, Maha penyayang! Saya memohon kepada Allah untuk bimbingan-Nya, agar Dia tidak pernah membiarkan saya tersesat, agar Dia mematikanku sebagai wanita muslimah yang shalihah. Aamiin.
Inilah kisah saya! Mungkin hal ini tidak terlalu menarik tapi yang jelas merupakan rahmat dari Allah!
Diterjemahkan oleh Tim Shalihah.Com dari website www.islaam.ca
http://www.shalihah.com/kisah/kutemukan-islam-berawal-dari-liburan
Lihat Selengkapnya
16 jam yang lalu • Lihat Dokumen • SukaTidak Suka • • Berlangganan
Kisah muallaf Laura (Aishah) Andrés Gougeon Rossi dari Goiania, Goais, Brazil
Semuanya dimulai dengan sebuah perjalanan yang tak bersalah ke Foz do Iguacu (Parana, Brazil) pada bulan Januari 2005. Orang tua saya tidak begitu bersemangat melakukan perjalanan ke kota ini, karena mereka berpikir bahwa tidak ada yang menarik selain air terjun. J...adi, selama di kota, saya mulai mencari lokasi wisata selain Air Terjun Iguacu lewat Internet. Kemudian saya menemukan bahwa ada juga safari perjalanan dan belanja, perjalanan ke sebuah Candi Budha dan Masjid. Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi.
Saya senang ada candi Budha dan masjid di sana, aku selalu menyukai segala sesuatu yang berbeda dan mengetahui budaya yang berbeda. Selain itu, saya selalu mencari kenyamanan untuk sisi spiritual saya dan saya belum menemukan apa-apa sampai saat itu.
Setibanya di Foz do Iguacu, hal yang berbeda pertama dilihat (setidaknya bagi saya) adalah banyak wanita mengenakan selendang (sekarang saya tahu bahwa ini adalah hijabs!). Di daerah saya tinggal, saya belum pernah melihat orang yang mengenakan sesuatu yang seperti itu! Di setiap tempat, saya melihat mereka ada di sana! Dan saya pikir mereka begitu indah, feminin, dan pada saat yang sama, mereka menunjukkan rasa hormat, martabat, serta kerendahan hati! Tapi, saya akan menjadi pembohong jika saya mengatakan bahwa saya tahu MENGAPA mereka mengenakan kain di kepalanya. Saya pikir (yang telah didominasi oleh media massa barat), mereka hanya bangsa Arab dan tidak lebih.
Selama perjalanan, saya selalu mengatakan kepada orang tua saya untuk pergi ke candi dan masjid. Ide pertamanya adalah untuk mengetahui lebih lanjut tentang Buddhisme dan hanya untuk mengambil beberapa gambar di masjid. Saya selalu menganggap bahwa agama Buddha adalah filsafat yang mengajarkan kita untuk menjadi rendah hati dan sederhana, tidak menunjukkan kesombongan, kekayaan dan untuk tidak menjadi budak materi.
aku tidak pernah menerima penyembahan kepada berhala dan patung-patung yang dibuat oleh manusia!
Pada hari hujan, kami pergi ke kuil. Rantai kekecewaan saya muncul sejak ketika kami baru tiba di sana … Secara pribadi, saya tidak pernah menyukai gambar dan berhala … Di pintu masuk ada seorang Buddha setinggi 3m! Ada banyak patung, gambar dll, saya tidak tahu apa manfaatnya. Jadi, hanya karena saya sangat ingin tahu, saya mulai mencari orang yang bisa menjelaskan sedikit kepada saya. Satu-satunya orang yang saya temukan adalah orang Korea yang sama sekali tidak bisa berbicara apa-apa dalam bahasa Portugis. Sementara itu, keluarga lain yang juga penasaran tiba. Karena hujan lebat dan semua orang ingin tahu lebih banyak tentang kuil, orang Korea ini membawa kami ke lantai kedua, dimana mereka melakukan ritualnya. Ada empat Buddha besar di ruangan besar, semuanya dicat warna emas: yang pertama adalah yang paling sederhana dan yang keempat adalah yang paling mengesankan, memiliki sebuah mahkota dan kayu cedar. Di depan setiap Buddha ada buah-buahan dan biji-bijian sereal, mungkin sebagai persembahan. Dan di ruangan ini ada juga beberapa patung naga dan hal-hal aneh seperti itu. Orang Korea itu sendiri banyak membungkuk sebelum menutup pintu. Kami tidak bisa melewati garis pintu, hanya bisa melihat dari luar. Semua yang saya lihat saat ini menjijikkan! Membungkuk untuk patung? Untuk sesuatu yang tidak dapat melakukan apapun buat kita dan bahkan untuk dirinya sendiri? Dan persembahan itu untuk siapa? Untuk sebuah patung yang tidak ada manfaatnya? Dan semua “emas” serta kesombongan! Aku tidak percaya itu! Lalu aku sadar bahwa aku tidak akan seperti Buddhisme atau sesuatu yang berhubungan dengan itu … aku tidak pernah menerima penyembahan kepada berhala dan patung-patung yang dibuat oleh manusia! Aku benci semua yang saya lihat di kuil tersebut. Aku pergi dengan perasaan penuh kecewaan.
Kemudian setelah dari kuil, keluarga saya memutuskan untuk pergi ke masjid, agar kami bisa melihat banyak hal pada hari itu. Tapi ketika kami tiba di sana kami tidak bisa mengunjunginya, karena mereka sedang melakukan ibadah berdoa (shalat). Jadi kita akan kembali lagi pada hari lain.
Kami kembali mengunjungi masjid pada hari terakhir perjalanan, tepat sebelum perjalanan pulang ke kotaku. Saati itu masih pagi dan masjid kosong! Hanya ada beberapa orang yang sedang membersihkan tempat itu dan mereka bukanlah muslim. Tapi mereka sangat bersedia menunjukkan masjid kepada kami. Seorang wanita meminta saya, adik saya dan ibu saya untuk mengenakan selendang panjang yang ia berikan sebelum masuk. Ketika saya masuk, saya mulai tertarik dengan segala sesuatu yang saya lihat. Selama hidup saya yang masih singkat ini, semua bangunan keagamaan yang telah saya datangi, pada awalnya saya akan mencari “apa” yang mereka muliakan: patung Buddha, Yesus, orang-orang kudus, symbol, nama-nama yang tertulis di depan bangunan. Tapi saya tidak menemukan petunjuk (di masjid)! Di dalam masjid hanya ada karpet, mimbar, dan rak buku di sudut. Dimana berhala, nama-nama dan symbol!!!??? Hanya ada beberapa tulisan Arab digantung di dinding, tak lebih! Rasa ingin tahu saya memuncak! Apa yang membuat tempat ini begitu berbeda? Karena pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan lainnya memenuhi pikiran saya, maka saya memutuskan untuk mengetahui lebih banyak tentang kepercayaan ini (Islam). Ada beberapa brosur yang berbeda-beda pada rak buku di sudut ruangan. Saya mengambil satu dari masing-masing tema Islam yang berbeda (pilar Islam, wanita, Tuhan, nabi, peraturan, hak dan kewajiban, dll). Saya membaca semuanya selama perjalanan dan saya semakin terpesona dengan agama ini setiap kali saya selesai membaca satu brosur!
Setiap kali saya mengetahui lebih banyak tentang agama, kedamaian semakin memenuhi saya, beralasan dan masuk akal!
Ketika kami sampai di rumah, saya mulai mencari lebih banyak informasi tentang Islam! Saya menulis surat buat lembaga-lembaga keislaman di negara saya dan salah seorang syaikh dari Rio de Janeiro (saya sangat berterima kasih pada beliau) begitu banyak membantu saya. Beliau mengirimi saya banyak buku, menjawab semua keraguan saya dan begitu sabar menghadapi saya. Jadi, dalam waktu sekitar satu bulan lamanya semua yang saya lakukan adalah mempelajari Islam lebih banyak dan lebih banyak lagi! Setiap kali saya mengetahui lebih banyak tentang agama, kedamaian semakin memenuhi saya, beralasan dan masuk akal! Islam memiliki semua jawaban yang masuk akal bagi pertanyaan saya (sisi rohani dan duniawi)!
Semua yang saya cari selama hidup saya, saya temukan pada Agama Islam! Saya mulai merasa yakin pada agama dan semua perasaan yang kuat muncul dalam diri saya!
Setelah satu bulan (atau kurang) sejak mulai belajar, saya mengucap Syahadat (pengakuan iman) dengan syaikh tersebut (melalui audio di internet –sangat modern, bukan?) Dan hari ini [13 April 2006 -shalihah], setelah lebih dari satu tahun, saya merasa bangga menjadi wanita muslimah dan merasa aman dengan keyakinan saya bahwa Allah Ta’ala membimbing saya pada jalan lurus-Nya! Allah menemukan saya dalam keadaan sesat lalu Dia membimbing saya! Subhana rabbil-‘alaa (Maha suci Allah lagi Maha tinggi)! Saya mulai memakai jilbab tak lama setelah Syahadat, Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)!
Sejak saya mengenal Islam, saya merasakan kasih sayang Allah Ta’ala, cinta dan takut kepada-Nya yang blum pernah saya lakukan sebelumnya! Semua tindakan yang terbaik, doa terbaik, dan semua pujian hanyalah untuk Allah, yang Maha tinggi, Maha penyayang! Saya memohon kepada Allah untuk bimbingan-Nya, agar Dia tidak pernah membiarkan saya tersesat, agar Dia mematikanku sebagai wanita muslimah yang shalihah. Aamiin.
Inilah kisah saya! Mungkin hal ini tidak terlalu menarik tapi yang jelas merupakan rahmat dari Allah!
Diterjemahkan oleh Tim Shalihah.Com dari website www.islaam.ca
http://www.shalihah.com/kisah/kutemukan-islam-berawal-dari-liburan
Lihat Selengkapnya
16 jam yang lalu • Lihat Dokumen • SukaTidak Suka • • Berlangganan
Seorang Pemuda Islam dan Pendeta
oleh Khaìrul Aniis pada 18 Mei 2011 jam 20:51
Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di
Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah
berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.
Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di
Amerika , ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka
semakin akrab, dengan harapan semoga Allah Ta'ala memberinya hidayah masuk Islam.
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di
Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung
tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.
Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya
pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan
duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana
kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk
memberikan penghor-matan lantas kembali duduk.
Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin
dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap
ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap
tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku
minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda
ini beranjak keluar.
Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pen-deta, "Bagaimana anda tahu
bahwa saya seorang mus-lim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang
terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang
pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan
sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan
debat tersebut.
Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan
anda harus menjawabnya dengan tepat." Si pemuda tersenyum dan berkata,
"Silahkan!"
Sang pendeta pun mulai bertanya,
1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya,
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada em-pat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.
Setelah membaca basmalah ia berkata,
1. Satu yang tiada duanya ialah Allah Ta'ala.
2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12).
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan,membunuh seorang anak kecil dan ketika me-negakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.
5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah Ta'ala menciptakan makhluk.
7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis
Allah Ta'ala berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman.
Allah Ta'ala berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit.
Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan.
Allah Ta'ala berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudaraYusuf .
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,
"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman,
'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh.
Allah Ta'ala ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menying-sing." (At-Takwir: 18).
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus 'Alaihi asSalam.
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf ,
yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,
"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami
tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan
serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,"
tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata,
"Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara kele-dai." (Luqman: 19).
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim.
Allah Ta'ala berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita,
sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari
maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"
Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.
Mereka berkata,
"Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!"
Pendeta tersebut berkata,
"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.
" Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda."
Sang pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah."
Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**
* Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.)
** Kisah nyata ini diambil dari kitab " Qishash minal Waaqi " karya Syekh Muhammad bin Shalih al-Qahthany.
*** Aku persembahkan buat murid-murid ku di SMP Islam Al-Wafa Bekasi yang selalu cerewet nanyain dan minta diceritain trus,hehee..Uhibbukum fillah adik-adik..
Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di
Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah
berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.
Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di
Amerika , ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka
semakin akrab, dengan harapan semoga Allah Ta'ala memberinya hidayah masuk Islam.
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di
Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung
tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.
Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya
pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan
duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana
kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk
memberikan penghor-matan lantas kembali duduk.
Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin
dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap
ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap
tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku
minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda
ini beranjak keluar.
Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pen-deta, "Bagaimana anda tahu
bahwa saya seorang mus-lim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang
terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang
pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan
sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan
debat tersebut.
Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan
anda harus menjawabnya dengan tepat." Si pemuda tersenyum dan berkata,
"Silahkan!"
Sang pendeta pun mulai bertanya,
1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya,
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada em-pat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.
Setelah membaca basmalah ia berkata,
1. Satu yang tiada duanya ialah Allah Ta'ala.
2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12).
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan,membunuh seorang anak kecil dan ketika me-negakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.
5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah Ta'ala menciptakan makhluk.
7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis
Allah Ta'ala berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman.
Allah Ta'ala berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit.
Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan.
Allah Ta'ala berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudaraYusuf .
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,
"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman,
'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh.
Allah Ta'ala ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menying-sing." (At-Takwir: 18).
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus 'Alaihi asSalam.
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf ,
yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,
"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami
tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan
serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,"
tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata,
"Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara kele-dai." (Luqman: 19).
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim.
Allah Ta'ala berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita,
sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari
maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"
Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.
Mereka berkata,
"Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!"
Pendeta tersebut berkata,
"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.
" Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda."
Sang pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah."
Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**
* Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.)
** Kisah nyata ini diambil dari kitab " Qishash minal Waaqi " karya Syekh Muhammad bin Shalih al-Qahthany.
*** Aku persembahkan buat murid-murid ku di SMP Islam Al-Wafa Bekasi yang selalu cerewet nanyain dan minta diceritain trus,hehee..Uhibbukum fillah adik-adik..
Langganan:
Komentar (Atom)